Saatnya Indonesia Menjadi Produsen Halal Global

marketeers article

Gaya hidup halal sudah semakin mendunia dan bukan sekadar menjadi perhatian masyarakat muslim. Begitu juga di Indonesia. Melihat kondisi ini, The 2nd Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (INHALEC) kembali digelar oleh Halal Lifestyle Center.  Tidak tanggung-tanggung, melalui acara ini, negeri kita tercinta seakan ingin mendeklarasikan bahwa Indonesia dengan mayoritas muslim tak sekadar menjadi konsumen industri halal tetapi produsen untuk pasar global. 

“International Halal Lifestyle Expo yang kedua resmi digelar. Acara ini diramaikan dengan beragam acara. Mulai dari seminar, pagelaran seni, screening film Iqro, hingga fashion show halal,” ujar Sapta Nirwandar, Chairman Halal Lifestyle Center membuka acara tersebut di Jakarta, Kamis (19/10/2017)

Menurutnya, Halal ini berlaku untuk semua orang tak terbatas satu golongan saja. Tren ini semakin meningkat seiring meninggkatnya kelas menengah, konsumsi tren hidup sehat, dan imej halal sebagai branding bagi perusahaan. Memang demand terhadap produk halal saat ini cukup besar. Nilainya di pasar global mencapai US$ 19 miliar pada tahun 2016. 

“Halal ini tidak memperkecil pasar dan justru memperbesar peluang pasar bagi para pebisnis. Sudah banyak perusahaan dari negara lain yang mengarah ke arah sini. Perusahaan asal Korea salah satunya. Kita juga jangan sampai kalah. Beberapa negara dengan mayoritas masyarakatnya bukan muslim tengah gencar menggelar acara sejenis, sebut saja Taiwan, Korea, dan Jepang,” lanjut Sapta. 

Menurutnya, salah satu kekuatan Indonesia dalam industri gaya hidup halal adalah sektor pariwisata. Pemerintah menargetkan pada tahun 2020 kehadiran wisatawan muslim dunia untuk datang ke Indonesia sebanyak lima juta orang dari total 168 juta wisatawan muslim dunia. Diharapkan saat itu, indeks daya saing kepariwisataan Indonesia di mata dunia bisa menjadi nomor satu. 

Menjadi ironis jika negara non-muslim berebut mendatangkan wisatawan muslim sementara negara muslim yang kaya dengan kekayaan alam seperti Indonesia tidak menangkap peluang tersebut. Indonesia harus segera berbenah untuk menangkap tren ini. 

“Secara keseluruhan, ekspo ini mencakup sepuluh sektor yang menjadi bagian hidup halal, mulai dari makanan, pariwisata, fesyen, kosmetik, pendidikan, finansial, farmasi, media & rekreasional, kesehatan & kebugaran, sampai seni dan budaya,” tutup Sapta. 

Editor: Sigit Kurniawan

Related