Influencer marketing menjadi strategi pemasaran yang ampuh dan dapat digunakan merek agar terhubung dengan target audiens mereka. Sebagai selebritas besar, menggunakan Kim Kardashian untuk pemasaran (influencer makro) bisa berdampak besar.
Akan tetapi, para pemasar juga harus memperhatikan influencer mikro. Dengan menggunakan influencer mikro, itu artinya Anda memperhatikan audiens khusus. Penggunaan influencer mikro dirasa lebih natural dan bisa membangun hubungan lebih solid dengan target audiens yang sekaligus membawa merek Anda ke level selanjutnya.
Jadi, bagaimana cara memaksimalkan kampanye influencer marketing Anda? Apakah Anda menggunakan influencer mikro atau influencer makro? Dikutip dari MarketingProfs, simak selengkapnya dalam artikel ini:
BACA JUGA: Experiential Marketing Jadi Amunisi AEON Deltamas Tarik Minat Pengunjung
Bangkitnya Influencer Marketing
Influencer marketing telah berkembang dengan cepat, dan bagi kita sangat mudah mengetahui alasannya karena jamak digunakan oleh merek saat ini. Pada dasarnya, ini serupa dengan pendekatan promosi dari mulut ke mulut dan bisa digunakan semua jenis bisnis.
Jenis-jenis Influencer: Nano, Mikro, Makro, dan Mega
Jika Anda yakin menggunakan influencer marketing untuk merek Anda, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan jenis influencer yang ingin Anda ajak kerja sama, mikro atau makro.
Untuk membedakannya, parameter yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
– Influencer mikro memiliki 10.000-100.000 pengikut dan cenderung fokus pada ceruk pasar tertentu.
– Influencer makro memiliki lebih dari 100.000 pengikuti dan umumnya adalah seorang atlet, pemimpin hingga selebritas.
– Ada juga influencer nano yang memiliki kurang dari 10.000 pengikut; dan influencer mega yang memiliki lebih dari 1 juta pengikut.
BACA JUGA: 18 Prinsip Penting dari Buku Marketing in Venus
Influencer Mikro vs Influencer Makro: Mana yang Tepat untuk Merek Anda?
Tidak ada pendekatan yang pas saat memilih jenis influencer yang akan digunakan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga keputusan harus disesuaikan dengan tujuan, anggaran, dan target audiens perusahaan Anda.
Akan tetapi, ada enam faktor utama yang perlu dipertimbangkan saat memutuskan untuk menggunakan influencer makro atau influencer mikro.
1. Tingkat Engagement
Influencer mikro sering kali memiliki tingkat engagement yang sangat tinggi, rata-rata 7%-20%. Pengikut mereka sangat tertarik dengan konten mereka karena memiliki keterkaitan mendalam terhadap niche influencer tersebut.
BACA JUGA: Strategi Collaborative Marketing Chitato Lite X Indomie Hadirkan Varian Baru Rasa Ayam Bawang
Influencer makro cenderung memiliki tingkat engagement yang lebih rendah, sekitar 5%. Lebih banyak orang melihat konten mereka, tapi sedikit pengikut yang benar-benar engage dengannya.
Itu karena audiens mereka lebih beragam, dan mereka mungkin tidak tertarik dengan semua konten yang diunggah oleh sang influencer.
2. Jangkauan
Meskipun influencer mikro unggul dalam engagement, mereka memiliki pengikut yang lebih kecil secara keseluruhan dibandingkan dengan influencer makro. Dengan begitu, total impressions kampanye Anda mungkin terbatas.
Di sisi lain, influencer mikro menjangkau audiens yang lebih terfokus. Hal ini dapat meningkatkan peluang untuk menjangkau target demografis perusahaan Anda.
Influencer makro memiliki jangkauan yang luas, mengekspos merek Anda ke audiens yang jauh lebih besar. Selain itu, kemungkinan konten mereka viral menjadi jauh lebih tinggi. Misalnya, influencer makro lebih mungkin untuk menampilkan unggahan mereka di Explore Instagram sehingga meningkatkan visibilitas.
3. Niche
Influencer mikro biasanya terkonsentrasi pada ceruk atau kategori tertentu, yang memungkinkan mereka untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan komunitas di antara para pengikut mereka. Mereka menyediakan platform yang lebih mudah diakses untuk menargetkan pasar spesifik Anda.
Sebagai hasil dari jangkauan mereka yang luas, influencer makro cenderung menampilkan berbagai topik ketimbang berfokus pada satu hal. Dengan begitu, mereka tidak memiliki pengikut yang sesuai dengan target audiens perusahaan Anda.
4. Autentisitas
Influencer mikro dikenal karena autentisitasnya. Mereka cenderung tidak memiliki pengikut palsu, sehingga menghasilkan engagement dan feedback yang lebih asli dan dapat dipercaya dari audiens mereka. Audiensnya mungkin lebih kecil, tetapi kelebihannya mereka lebih autentik.
Risiko pengikut palsu atau audiens yang tidak tertarik dengan produk Anda meningkat dengan influencer makro, yang berpotensi mengurangi efektivitas kampanye. Perhatikan tingkat engagement yang sangat rendah dan tinggi. Tingkat engagement yang tinggi dan terlalu ekstrem dapat mengindikasikan pengikut palsu atau engagement bots.
Jadi, meskipun influencer makro memberikan pengikut yang jauh lebih besar, kemungkinan untuk menjangkau audiens yang tepat mungkin lebih rendah.
5. Proses Negosiasi
Proses negosiasi dengan influencer mikro biasanya lebih cepat dan mudah. Banyak dari mereka yang dapat dihubungi melalui direct message (DM) atau email sehingga tidak perlu menelepon atau bertemu langsung.
Influencer makro biasanya memiliki proses yang terstruktur untuk bekerja dengan merek, sehingga lebih kompleks dan memakan waktu.
6. Biaya
Berkolaborasi dengan influencer mikro relatif lebih terjangkau. Pengikut mereka yang lebih sedikit menjadi indikator utama dalam negosiasi harga.
Meski begitu, penggunaan influencer mikro lebih ideal untuk kampanye jangka panjang yang membutuhkan engagement berkelanjutan.
Influencer makro bisa menjadi lebih mahal karena status selebritas dan jangkauan mereka yang lebih luas. Penggunaan selebritas biasanya lebih cocok untuk promosi jangka pendek untuk menciptakan buzz yang cepat dan viral.
Sebaiknya pilih berdasarkan kebutuhan dan anggaran spesifik perusahaan Anda. Misalnya, bisnis kecil untuk skala daerah dengan pendapatan terbatas menggunakan influencer mikro menjadi pendekatan terbaik.
Editor: Ranto Rajagukguk