6 Strategi Membangun Komunitas Influencer yang Solid untuk Brand

komunitas influencer
Andrew A. Tjoa, Assistant Country Head Partipost dalam acara WOW Brand 2025. (FOTO: Marketeers)

Di era digital, influencer marketing telah menjadi strategi yang banyak digunakan oleh pelaku bisnis untuk meningkatkan engagement dan memperkuat brand. Bahkan, pendekatan ini bisa dibilang sebagai elemen wajib dalam pemasaran modern.

Dalam acara The 10th Indonesia WOW Brand 2025 yang diselenggarakan di The Ballroom at Djakarta Theater pada Rabu (26/2/2025), Andrew A. Tjoa, Assistant Country Head Partipost, membagikan enam strategi utama dalam membangun komunitas influencer yang tidak hanya aktif, tetapi juga berdampak jangka panjang bagi brand. Berikut rincianya:

1. Menentukan Segmen Pelanggan yang Tepat

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami siapa yang ingin dijangkau. Setiap brand memiliki target pasar yang berbeda, sehingga strategi komunitas influencer harus disesuaikan dengan karakteristik audiensnya.

BACA JUGA Bangun Brand Awareness, Merek Pakai Influencer di Event Fun Run

“Misalnya, brand mewah seperti BMW akan lebih fokus pada demografi dengan daya beli tinggi. Maka, strategi komunitas yang dibangun pun harus selaras dengan profil tersebut,” terang Andrew.

2. Memahami Nilai, Emosi, dan Motivasi Audiens

Setelah menentukan segmen, penting untuk memahami apa yang mendorong audiens dalam mengambil keputusan.

Hal ini dapat dilakukan dengan pengumpulan data dan riset mendalam untuk memahami faktor-faktor atau alasan utama mereka tertarik pada sebuah brand.

“Jadi, kita harus mengerti what triggers them untuk mempertimbangkan brand kita. Ini butuh riset mendalam dan data agar kita bisa benar-benar memahami pengalaman mereka,” ujar Andrew.

Sebagai contoh, seseorang yang memilih BMW bukan hanya karena desainnya keren, tetapi juga karena ada unsur prestise yang melekat pada merek tersebut.

3. Merancang Strategi ARM 

Setelah memahami motivasi audiens, brand perlu menyusun strategi ARM yang mencakup Acquisition (Akuisisi), Retention (Retensi), dan Monetization (Monetisasi).

Dengan strategi ini, komunitas influencer tidak hanya berkembang secara kuantitas, tetapi juga memiliki dampak bisnis yang lebih besar.

4. Menentukan Channel Komunikasi yang Efektif

Komunitas yang aktif membutuhkan platform komunikasi yang tepat. Ini bisa berupa grup WhatsApp, pertemuan fisik rutin, sesi networking, atau acara eksklusif, salah satunya turnamen golf.

Ia menekankan, pemilihan kanal komunikasi juga harus disesuaikan dengan karakteristik komunitas dan tujuan engagement yang ingin dicapai.

5. Membangun Atomic Network 

Setiap komunitas membutuhkan anggota awal yang antusias dan loyal, atau yang populer disebut dengan “founding members”.

Meski jumlahnya kecil di awal (sekitar 5-10 orang), mereka berperan sebagai atomic network yang tampil sebagai motor penggerak yang bisa menarik lebih banyak anggota melalui efek jaringan dan word-of-mouth.

BACA JUGA Endorsement Mulai Kehilangan Kekuatan, Tren Influencer Marketing Meredup?

“Kenapa namanya atomic? Karena kalau tidak ada yang memulai, komunitas tersebut bisa bubar sebelum berkembang. Maka dari itu, temukan orang-orang yang paling loyal dan paling antusias di awal,” kata Andrew.

6. Menyediakan Sumber Daya yang Diperlukan

Agar komunitas bisa tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan, brand harus mengalokasikan sumber daya yang memadai, baik dalam bentuk tenaga kerja maupun anggaran.

Konsistensi dalam pengelolaan komunitas sangat penting untuk memastikan keterlibatan yang terus meningkat dan memberikan nilai bagi semua pihak.

Dengan menerapkan enam strategi ini, brand dapat membangun komunitas influencer yang solid, aktif, dan memberikan dampak nyata dalam meningkatkan engagement serta loyalitas pelanggan.

Editor: Dyandramitha Alessandrina

Related

award
SPSAwArDS