Forbes, melaporkan sekitar 61% manajer menengah merasa terhimpit ekspektasi yang bertentangan. Mereka harus menyeimbangkan tuntutan dari eksekutif senior dan kebutuhan karyawan di lini depan.
Adapun fenomena itu kerap disebut sebagai squeezed leader. Tekanan dari segala arah ini membuat para manajer sering menghadapi stres, kelelahan, hingga kurang percaya diri.
Agar bisa menjalankan peran ini dengan lebih efektif, berikut beberapa tips untuk mengatasi tantangan sebagai squeezed leader yang dilansir dari The Makings:
BACA JUGA: Survei Buktikan Sistem Kerja Fleksibel Jadi Tren di Kalangan Gen Z
Kuasai Dinamika Kekuasaan
Sebagai manajer menengah, Anda harus bisa beradaptasi dengan cepat dalam berbagai situasi. Tempatkan diri sebagai bawahan yang harus mengikuti arahan saat berbicara dengan atasan, sedangkan saat rapat dengan tim, jadilah pemimpin yang memberikan arahan.
Pergantian peran itu dikenal sebagai vertical code-switching yang berpotensi menyebabkan kebingungan jika tidak dikelola dengan baik. Kuncinya adalah memahami peran dalam setiap situasi dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai kebutuhan.
Atur Prioritas dan Kelola Waktu dengan Baik
Manajer menengah sering kali terjebak dalam multitasking, mulai dari memenuhi permintaan atasan hingga membimbing tim. Berpindah dari satu tugas ke tugas lain yang berbeda secara mental dapat meningkatkan stres dan kelelahan.
Untuk mengatasi hal ini, gunakan metode manajemen waktu yang efektif, seperti teknik time blocking atau prioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan dampaknya.
Bangun Kepercayaan Diri dalam Kepemimpinan
Bagi manajer yang baru naik jabatan, rasa tidak percaya diri bisa menjadi tantangan. Beberapa cara untuk mengatasinya ialah dengan terus belajar dan mencari mentor yang bisa memberikan bimbingan, serta membangun komunikasi yang kuat dengan tim.
BACA JUGA: Survei Membuktikan 41% Gen Z Lebih Percaya AI daripada Rekan Kerja
Maksimalkan Komunikasi yang Efektif
Sebagai penghubung antara atasan dan tim, manajer menengah harus memiliki keterampilan komunikasi yang kuat. Gunakan gaya komunikasi yang jelas dan terbuka untuk memastikan informasi dapat tersampaikan dengan baik di kedua arah.
Selain itu, di era kerja virtual seperti sekarang, manfaatkan teknologi komunikasi agar interaksi tetap efektif meskipun tidak bertatap muka langsung.
Hindari Micromanaging dan Bangun Kepercayaan
Tantangan lain bagi squeezed leader adalah rasa kurang dipercaya oleh atasan, yang sering kali menyebabkan micromanaging. Jika Anda merasa atasan terlalu mengawasi setiap langkah yang Anda ambil, cobalah membangun kepercayaan dengan menunjukkan kinerja yang konsisten dan inisiatif yang proaktif.
Di sisi lain, saat mengelola tim, hindari terlalu mengontrol mereka dan berikan ruang untuk berkembang.
Investasikan Diri dalam Pengembangan Karier
Agar bertahan di posisi ini, squeezed leader perlu terus belajar dan meningkatkan keterampilan kepemimpinan. Ikuti pelatihan, baca buku kepemimpinan, atau bergabung dengan komunitas profesional supaya lebih siap menghadapi tantangan dan memperkuat peran sebagai pemimpin yang efektif.
Editor: Tri Kurnia Yunianto