7 Kesalahan Dasar dalam Pemasaran yang Sering Terlewatkan oleh Marketeer

marketeers article
7 Kesalahan Dasar dalam Pemasaran yang Sering Terlewatkan oleh Marketer. (123rf.com)

Era teknologi informasi tak serta merta membuat strategi pemasaran mudah dijalankan. Pasalnya, keberhasilan marketing tidak bisa diraih dalam jangka pendek.

Meski adopsi teknologi memudahkan pekerjaan manusia, faktanya masih banyak kesalahan mendasar yang dilakukan marketeer dalam mengimplementasikan strategi pemasaran. Bahkan, mitos-mitos dalam pemasaran masih sering muncul dan merugikan para pemasar.

BACA JUGA: Kinovation Batch 3 Digelar, Upaya Kino Indonesia Dukung Kemajuan Merek Lokal

“Tidak semua orang yang bekerja di bidang pemasaran benar-benar memahami cara melakukan pemasaran yang efektif,” kata Untung seperti dikutip dalam Market Think 124 di Channel YouTube Marketeers TV, pada Rabu (28/8/2024).

BACA JUGA: BCA Jadi Merek Paling Bernilai di ASEAN Tahun 2024

Berikut beberapa kesalahan mendasar yang sering terjadi, yang jika dibiarkan, dapat berakibat fatal bagi bisnis:

1. Strategi Pemasaran Bukan Hanya tentang Kanal

Salah satu kesalahan yang paling umum adalah menganggap pemasaran hanya sebatas memilih kanal. Banyak marketeer terjebak pada pemikiran bahwa strategi pemasaran adalah tentang di mana menempatkan iklan, apakah di media sosial, acara, atau kemitraan.

“Pemasaran bukan hanya tentang channels,” ujar Untung.

Seperti halnya seorang penyanyi yang bukan hanya harus memiliki suara yang bagus, namun juga lagu yang baik dan band pengiring yang oke. Dia menilai pemasaran memerlukan strategi yang komprehensif, mulai dari positioning, komunikasi, hingga storytelling.

2. Branding Bukan Sekadar Awareness

Kesalahan kedua yang sering terjadi adalah menganggap branding hanya sebatas meningkatkan awareness. Memang benar bahwa brand yang dikenal luas sering kali dianggap sukses. Namun, Ignatius menegaskan bahwa branding lebih dari itu.

Branding harus fokus pada formula yang tepat, termasuk karakter, positioning, dan personality dari brand itu sendiri. Tanpa elemen-elemen ini, brand hanya akan dikenal, tapi tidak dicintai,” ucapnya.

3. Promosi Bukan Hanya untuk Jangka Pendek

Promosi sering disalahartikan sebagai cara cepat untuk meningkatkan penjualan. Banyak marketeer memberikan diskon besar-besaran untuk mencapai target penjualan yang belum tercapai. 

Namun, Ignatius memperingatkan bahwa strategi ini tidak selalu efektif dalam jangka panjang.

“Diskon yang diberikan terus-menerus akan kehilangan daya tariknya karena otak manusia beradaptasi. Oleh karena itu, promosi harus direncanakan dengan matang dan berbasis data,” tuturnya.

4. Viral Tidak Selalu Berdampak pada Transaksi

Dengan maraknya media sosial, banyak perusahaan berusaha keras untuk membuat konten yang viral. Namun, Ignatius mengingatkan virality tidak selalu berujung pada peningkatan penjualan.

“Viral hanya akan relevan jika selaras dengan posisi merek dan pesan yang relevan,” katanya.

Tanpa strategi yang tepat, konten yang viral hanya akan menjadi noise tanpa nilai bagi brand.

5. Hard Sell vs Soft Sell

Ada anggapan bahwa hard sell lebih efektif untuk menjual karena langsung to the point, sementara soft sell lebih menarik karena bersifat tidak agresif. Menurut Ignatius, kedua pendekatan ini sebaiknya dikombinasikan.

“Inti pesan dalam hard sell harus dimasukkan ke dalam iklan soft sell untuk mendapatkan perhatian dan keterlibatan,” ujarnya.

6. Jangka Pendek vs Jangka Panjang

Perbedaan pendekatan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang sering menjadi perdebatan. Sales biasanya fokus pada hasil jangka pendek, sedangkan marketing lebih memikirkan jangka panjang. Untung menekankan pentingnya keseimbangan antara keduanya.

“Pemilik merek perlu menyeimbangkan pencapaian jangka pendek dengan strategi jangka panjang,” ucapnya.

7. Brand Story Bukan Hanya tentang Brand

Kesalahan terakhir adalah menganggap brand story sebagai cerita tentang brand itu sendiri. Untung menjelaskan brand story harus menceritakan konsumen dalam versi terbaik mereka dengan brand sebagai enabler.

Brand story adalah tentang konsumen dalam versi terbaik mereka dengan merek sebagai pendorongnya,” tuturnya.

Untung mengajak para marketeer untuk lebih cermat dalam merancang strategi pemasaran, memahami esensi di balik setiap langkah yang diambil, dan selalu berorientasi pada jangka panjang untuk keberhasilan bisnis yang berkelanjutan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS