Hoaks seakan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Hal ini karena minimnya pemahaman masyarakat ketika mendapatkan suatu informasi. Pada pertengahan Juni 2020, Kepolisisan Republik Indonesia menemukan lebih dari 130.000 hoaks terkait pandemi selama tiga bulan ke belakang.
Dalam informasi yang tersebar tersebut terdapat banyak statistik, informasi medis, dan studi ilmiah. Hal ini pun berakibat pada menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
GeoPoll dan Universitas Notre Dame melakukan penelitian tentang penyebaran informasi yang salah di Indonesia. Dari riset tersebut, mereka menemukan bahwa di antara pengguna media sosial, sekitar 70% mengaku berbagi berita tanpa membaca artikelnya secara lengkap terlebih dahulu. Dan, terdapat 3-4% yang mengaku sengaja membagikan berita yang mereka tahu palsu.
“Seiring dengan pesatnya digitalisasi di Indonesia, sangatlah penting untuk meningkatkan literasi digital dan membatasi sebaran informasi yang salah,” ujar Senior Manager Customer Growth kawasan Asia Tenggara Turnitin Yovita Marlina.
Menurutnya, selama pandemi COVID- 19, penyebaran informasi palsu telah menyebabkan kebingungan di masyarakat. Aplikasi komunikasi seperti WhatsApp dan Telegram menjadi platform yang sering dibanjiri dengan berita palsu dan konspirasi tentang penyebaran virus.
Hal ini menunjukkan bahwa literasi digital sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran hoaks. Sebab itu, masyarakat harus belajar untuk lebih waspada terhadap berita palsu serta meluangkan waktu untuk memeriksa sumber referensi sebelum membagikannya.
Editor: Ramadhan Triwijanarko