Perusahaan global cybersecurity, Kaspersky mengeluarkan hasil riset terbarunya terkait dengan risiko penipuan online dalam dunia bisnis. Dalam laporan tersebut, 90% penipuan online mengincar bisnis berskala kecil dengan berbagai modus.
Pelaku kejahatan siber yang menyamar sebagai raksasa teknologi tersebut telah membuat pemilik usaha kecil membayar untuk pembuatan profil bisnis, layanan yang awalnya gratis untuk semua orang. Bisnis skala kecil, yang mewakili lebih dari 90% dari seluruh populasi bisnis, diminati oleh berbagai penipu online di luar sana.
“Berbeda dengan yang berfokus pada individu, penipu sektor business to business (B2B) menerapkan pendekatan yang lebih individual dalam menciptakan skema rekayasa sosial yang efisien. Sementara mereka menghabiskan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengembangkan dan mewujudkan metode yang relevan untuk industri atau perusahaan tertentu, pekerjaan ini juga memberikan hasil yang lebih baik,” kata Kirill Kulakov, Konsultan Teknis Kaspersky melalui keterangannya, Selasa (10/1/2023).
BACA JUGA: Tips Keamanan Digital Sehat ala Kaspersky
Beberapa modus yang sering digunakan di antaranya seperti meniru pemasok terpercaya. Hal ini mengincar perusahaan berskala kecil karena biasanya mereka masih belum memiliki pemasok yang tetap.
Sementara itu, perusahaan besar memiliki departemen khusus dan prosedur ketat yang memungkinkan untuk memeriksa subkontraktor sebelum mulai bekerja dengan mereka. Ada pula penipuan dengan modus acara palsu.
Biasanya, mereka menjanjikan berbagai pengetahuan dan keahlian tentang bisnis, termasuk juga memperluas jaringan yang sangat penting untuk pengembangan usaha. Kulakov menyebut para pelaku penipu online tahu betapa pentingnya peluang pertumbuhan bagi pengusaha dan tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari acara palsu.
BACA JUGA: Kaspersky Bagikan Tren Populer Anak-Anak Selama Musim Gugur 2022
Pada modus ini, biasanya mereka mengirim undangan ke konferensi, roundtable, atau penghargaan yang menawarkan pembicara terkenal dan diskusi menarik serta menjual tiket ke acara yang tidak akan pernah terjadi melalui halaman arahan yang tampaknya cukup baik.
Lalu, pemerasan melalui ulasan buruk yang berdampak pada menurunnya reputasi produk maupun perusahaan. Bagi sebagian besar perusahaan, reputasi terkadang berarti keuntungan bagi bisnis.
Modus ini kerap terjadi di industri makanan dan minuman (food and beverage).
“Mereka menulis ulasan negatif tentang hotel, restoran, dan fasilitas lainnya, kemudian mengirimkan pesan melalui email, menawarkan untuk menghapus ulasan dan mendapatkan sejumlah uang dari Google, TripAdvisor atau situs website lain,” ujarnya.
Kulakov menambahkan modus penipuan yang paling populer adalah spear phishing, yaitu cara mudah diterapkan untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan untuk mencuri uang dari perusahaan seperti detail login rekening bank, kata sandi, dan yang lainnya. Dalam kasus ini, biasanya penipu online akan mengirim email langsung ke orang yang bertanggung jawab atas anggaran perusahaan, misalnya pemilik atau akuntan organisasi.
“Kemudian mereka akan menyamar sebagai bank, mitra, atau kolega dengan mendesak meminta pembayaran atau informasi tentang karyawan atau rekening perusahaan,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk