
Setelah selesai menjelaskan Marketing 3.0 di Forum Main Dealer Mercedes Benz di Mandarin hotel Jakarta pada 25 Oktober 2012 lalu saya mendapat kejutan. Waktu itu, saya diminta menjelaskan tentang “From Service to Care: The Luxury Market”.
Mendadak saja Uwe Delius dari Daimler pusat mencegat saya. Dia adalah Manager Customer Satisfaction Management yang berkantor di Stuttgart. “I have two questions for you and the first one is Are you a Mystic Man?”
Wah, saya terus terang sangat kaget dengan pertanyaan itu. Mungkin dia menganggap saya orang yang terlalu suci ketika mendengarkan tentang “Marketing with Human Spirit”. Padahal saya sudah bilang bahwa saya hanya menjelaskan bahwa setelah ada Internet, marketer jangan bohong dan harus transparan.
Apa pun agamanya bahkan kalau “non believer” sekalipun! Soalnya gampang ketahuan dan tersebar ke mana mana sehingga bisa masuk black list di seluruh dunia dan jagat virtual.
Mungkin dia menyangka bahwa saya memang bisa begitu dengan sempurna. Karena itu saya pun menjawab “I am a good actor. I am just acting to pretend as a good guy. Actually I am a bad guy!”
“No, no, no, you are joking. I am very serious because I am fifty four!”
Di ceramah tadi, saya memang bilang bahwa saya akan menjadi enam puluh lima tahun pada 18 November. Uwe lantas menjelaskan bahwa ada orang Jerman bekas pialang saham kaya yang melepaskan segala kekayaannya dan menjadi pendeta Buddha.
Saya memang pernah baca bukunya yang terjual sampai lima belas juta kopi. The Monk who sold his Ferari! Itu cerita sungguhan di mana dia jadi tidak bahagia walaupun duitnya banyak tapi jadi sangat bahagia ketika sudah tidak punya apa-apa.
“Wah, I dont to be him! I can not become a Monk. I still love business.”
Uwe ketawa keras. “I don’t want you to be him. But I want you to inspire the world like him.”
“Huh? How can? I am only an Indonesian and Asian, cannot inspire the world!” Saya jadi serius karena dia pun tambah serius.Tadinya, saya pikir dia lagi bercanda atau hanya memuji di bibir atau “lip service”. Saya sudah sering dibegitukan orang.
“Hermawan, believe me…You can inspire the business world with your human spirit concept.” Wah, saya jadi mulai mikir sekarang. Apa kira kira pertanyaan keduanya setelah dia berusaha meyakinkan saya bahwa saya adalah “Mystic Man”.
“My second question is do you want to open a branch in Europe? My wife is a free person and I know she will be happy to work with you!”
Oh my God! Saya tidak pernah menyangka akan pertanyaan itu. Uwe lantas berkali kali meyakinkan saya bahwa dia serius mau buka cabangnya MarkPlus Inc di Jerman. Dia bahkan menawarkan saya untuk membantu mengatur Forum Seminar besar-besaran disana untuk bicara Marketing 3.0.
Apalagi setelah dia tau bahwa buku terbitan John Wiley ini sudah diterbitkan dalam 23 bahasa termasuk bahasa Jerman! Dan, ada sambutan Presiden SBY juga.
Setelah “shock” selama beberapa menit saya memegang tangannya dan mengatakan bahwa saya setuju dengan idenya.
“You are given to me by God. You are a present…”
Wah wah wah… Saya jadi “speechless”. Badan saya bergetar dan mata saya berlinang. Bagaimana saya yang banyak berbuat salah dan banyak dosanya begini bisa di sebut begitu?
Saya tidak mau membantah dia lagi tapi kami langsung bertukar kartu nama dan saya pulang. Sebelum pulang saya bertemu dengan dua orang eksekutif Indonesia yang juga di Mercedes Benz untuk bertanya tentang Uwe.
Kata mereka bahwa Uwe adalah orang Jerman yang selalu disiplin, konsisten, dan profesional. Saya sekarang sudah terus berkomunikasi dengan Uwe untuk mempersiapkan permintaan keduanya dengan matang. Bekerja dengan orang Eropa terutama Jerman jelas harus juga profesional.
Barangkali inilah Hadiah Ulang Tahun ke-65 saya dua hari lagi yang langsung diberikan Tuhan lewat Uwe Delius. Saya memang sedang “competing with time” karena tidak tahu diberi tambahan hidup berapa hari, berapa bulan, berapa tahun lagi.
Saya sekarang ingin meng inspirasi lebih banyak orang dimanapun dengan konsep Marketing 3.0. Supaya semakin banyak bisnis dan pemasaran dijalankan dengan human spirit. Dengan kejujuran bukan dengan menghalalkan semua cara untuk mencapai target atau menjadi kaya! Bukan dengan cara menghipnotis orang supaya beli produk kita. Bukan dengan memberikan diskon besar tapi mengurangi kualitas besar besaran pula.
Mumpung masih bisa…