Penyanyi asal Inggris, Adele berencana untuk hiatus dari dunia musik dalam waktu lama usai merampungkan rangkaian konser residensi di Las Vegas dan Jerman. Ia mengaku keinginan itu muncul karena aktivitas tersebut menguras energinya.
Kepada ZDF, Adele mengaku tak lagi bernyanyi di rumah karena saking letihnya dengan puluhan konser yang sudah bergulir sejak 2022. Pelantun Easy on Me itu juga mengatakan sama sekali tidak punya niatan untuk menggarap lagu baru.
Kehilangan semangat untuk berkarya memang bisa dialami oleh siapa saja, tak terkecuali musisi besar, seperti Adele. Berikut ini adalah lima faktor psikologis yang dapat menyebabkan hilangnya semangat untuk bermusik, meskipun itu adalah karier utamanya sepanjang hidup:
BACA JUGA: Ramaikan Industri Musik Tanah Air, Decitra Debut Single “Bisa-bisanya Kamu”
Butuh Variasi
Masih kepada ZDF, penyanyi berusia 36 tahun itu mengungkapkan niatnya untuk melakukan hal kreatif lainnya selama hiatus bermusik. Meski musik merupakan passion utamanya, melakukan hal yang sama terus-menerus tanpa variasi bisa menyebabkan kejenuhan.
Sensation Seeking: Beyond the Optimal Level of Arousal menyebut bahwa melakukan aktivitas yang sama terus-menerus tanpa variasi bisa menyebabkan kebosanan dan penurunan motivasi. Karena itulah, dibutuhkan novelty-seeking untuk mencari pengalaman baru dan berbeda.
Burnout
Kendati tak mengungkapkannya secara gamblang, Adele bisa saja mengalami burnout. Ia telah melalui tur yang melelahkan, promosi album, dan berbagai penampilan live yang menguras energi hingga membuatnya lelah secara fisik dan emosional.
BACA JUGA: BLACKPINK Rilis Film Konser Born Pink, Tayang di Indonesia pada 31 Juli
Alodokter menjelaskan bahwa burnout memang menyebabkan hilangnya motivasi dan kepuasan dalam pekerjaan yang selama ini digeluti. Bahkan, perasaan ini bisa berkembang menjadi stres dan frustrasi hingga berujung membenci pekerjaan tersebut.
Pengaruh Eksternal
Kepada ZDF pula, Adele mengakui tidak terlalu menikmati aspek ketenaran dari kariernya. Kehidupan sebagai selebritas memang bisa menekan hingga menimbulkan keinginan untuk menjalani hidup yang lebih normal.
Ini senada dengan penelitian yang dimuat dalam Journal of Psychosomatic Research (2013), yang mana menunjukkan tingkat eksposur dan perhatian yang tinggi dapat menyebabkan stres dan kecemasan, yang pada gilirannya dapat mengurangi motivasi dan semangat kerja.
Editor: Ranto Rajagukguk