Adopsi Strategi Spotify, Mampukah YouTube Music Menangkan Kompetisi?

marketeers article
YouTube Music. (FOTO: 123rf)

YouTube Music cukup percaya diri dalam upaya menyaingi kompetitor music live-streaming lain, seperti Spotify atau pun Apple Music. Berbagai strategi pemasaran dilakukan, mulai dari memberikan free trial bagi pengguna baru, hingga menciptakan layanan personalisasi yang serupa dengan kompetitor.

Berupaya menggeser popularitas Spotify yang kini memiliki sekitar 113 juta pengguna berbayar (premium users) di seluruh dunia, YouTube Music mulai mengadopsi cara kerja yang dilakukan Spotify. YouTube Music meluncurkan personalized playlists bagi pengguna mereka sebagaimana Spotify mengemas Discover Mix bagi para penggunanya.

Layanan personalized playlists ini merupakan kumpulan lagu yang dikemas dan terus diperbarui oleh platform yang bersangkutan berdasarkan pada preferensi musik yang didengar oleh pengguna tersebut. Namun, tak mentah-mentah mengadopsi cara kerja Spotify, YouTube Music memilih mengemas strategi itu dengan memberikan added value lain bagi konsumen. Ketika Discover Mix dari Spotify berisi 30 lagu yang diperbarui setiap senin, YouTube menawarkan 50 lagu yang terus diperbarui setiap rabu.

Tak berhenti sampai di situ, YouTube juga memberikan The New Release Mix, sebuah playlist yang berisi daftar lagu terbaru dari deretan artis terfavorit masing-masing pengguna. YouTube Music juga memberikan lagu-lagu yang diprediksi akan disukai pengguna berdasarkan pada preferensi jenis musik yang mereka dengarkan. Layanan serupa telah lama dimiliki Spotify, Release Radar’playlist yang diperbarui setiap jumat. Sedangkan, The New Release Mix milik YouTube Music akan terus diperbarui setiap artis yang bersangkutan merilis musik mereka.

Layanan personalisasi lain yang diluncurkan YouTube Music adalah ‘Your Mix’. Playlist ini berisi ragam jenis musik yang telah diketahui dan disukai pengguna. Daftar musik tersebut akan terus diperbarui secara perlahan. Jika dilihat, jenis playlist ini hampir serupa dengan ‘Daily Mix’ yang dimiliki Spotify.

Selain mengadopsi strategi personalisasi yang dilakukan Spotify, YouTube Music juga memberikan added value lain bagi para konsumen. Antara lain, memungkinkan pengguna non-premium untuk menggunakan opsi ‘skip’ lagu yang diputar tanpa batas. Sementara, Spotify memberikan batasan jumlah skip yang bisa dilakukan oleh pengguna non-premium mereka.

Aplikasi ini juga memiliki fitur smart download yang dapat mengunduh lagu secara otomatis di malam hari menggunakan Wi-Fi. Lagu-lagu yang dipilih berdasarkan pada preferensi musik yang sering didengarkan pengguna tersebut.

Bicara soal jumlah musik yang tersedia, YouTube Music tidak hanya menyajikan lagu dari music labels. Melainkan, live performance, covers, music video, dan berbagai jenis konten yang diunggah pengguna.

Setelah mengadopsi sejumlah strategi yang dilakukan Spotify, kira-kira mampukah YouTube Music menandingi popularitas Spotify?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS