Pada tahun 2015, ada semakin banyak startup lokal yang unjuk gigi dengan karya-karya brilian mereka. Hal ini nampak pada ajang Student Startup Icon 2015 yang mana sejumlah mahasiswa mempresensentasikan bisnis rintisan mereka. Acara ini digelar oleh Marketeers yang bekerjasama dengan EO GSEA (Entrepreneur’s Organization Global Student Entrepreneur Award) dan didukung oleh Kibar. Penjurian sejumlah startup yang berasal dari berbagai kampus di Indonesia ini dilakukan di kantor MarkPlus, Jakarta, Sabtu (10 /1/2015).
Menurut Yudha Kartohadiprojo, salah satu juri, potensi startup di Indonesia cukup besar. Di Indonesia, kewirausahaan bukan hal yang baru. Namun, banyak anak muda yang baru memulai usaha mereka. Jadi, saat ini perkembangan startup masih berada pada tahap awal. Hal ini berbeda dengan negara-negara dengan tingkat kewiraausaan yang tinggi, seperti di Amerika. Di sana, anak-anak sudah mulai usaha sejak dini.
Walau masih berada pada tahap awal, Indonesia memiliki kelebihan yang bisa dimanfaatkan untuk perusahaan startup. Kelebihannya adalah orang Indonesia suka berkumpul. Hal ini yang membuat para pelaku startup memanfaatkan kesenangan berkumpul untuk melakukan kolaborasi. Yudha menyayangkan para startup Indonesia biasanya berasal dari latar belakang yang sama. Kolaborasi yang mereka lakukan biasanya masih dengan teman dengan kompetensi yang sama. Ini yang membuat startup di Indonesia susah maju.
“Kolaborasi masih berdasarkan kampus dan fakultas. Padahal yang dibutuhkan adalah individu dengan kompetensi yang berbeda,” ujar Yudha.
Selain kolaborasi yang belum maksimal, startup di Indonesia memiliki beberapa kekurangan, seperti masih tergoda untuk tidak meneruskan bisnis yang sudah dijalankan dengan alasan mendapatkan tawaran bekerja di perusahaan yang bonafid. Lalu, orang Indonesia juga tidak terbiasa membanggakan diri sehingga kurang pandai dalam menjual. Padahal kemampuan menjual itu sangat diperlukan untuk meyakinkan konsumen, bank, dan calon karyawan.
“Selain itu, orang Indonesia memilki ide yang brilian dalam membangun startup dan mampu melakukan ekseskusi dengan brilian pula. Namun, mereka kurang mampu memasarkan produk mereka sendiri,” kata Yudha.
Yudha mengatakan, startup di Indonesia masih dalam tahap copycat. Yudha menilai kegiatan meniru usaha yang sudah sukses itu adalah sesuatu yang baik selama para startup lokal ini mampu membuat produk yang mumpuni.
Terkait dengan kompetisi dengan startup asing, Yudha mengatakan startup lokal harus bersiap kedatangan startup asing. Mereka tertarik untuk masuk ke Indonesia karena negara ini merupakan pasar yang besar bagi mereka dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa. Untuk itu, startup Indonesia harus memiliki produk yang bagus untuk memenuhi pasar lokal. Jika ada produk luar yang lebih baik, maka produk lokal akan tersisih.
“Jadi, sekarang bukan berbicara kompetisis antar startup lokal, namun lebih ke kompetisi dengan startup asing yang masuk ke Indonesia. Untuk itu, berkompetisilah di dalam negeri, jangan takut gagal, bila gagal maju kembali,” pungkas Yudha.