Agustus 2024, Ekspor Cina Meningkat 8,7%

marketeers article
Ilustrasi Cina. (FOTO: 123rf)

Ekspor Cina mencatatkan kenaikan 8,7% secara year on year (yoy) pada bulan Agustus. Realisasi itu lebih tinggi ketimbang perkiraan pertumbuhan 6,5% yoy yang diprediksi analis.

Dilansir dari CNBC, Selasa (10/9/2024), dari sisi impor, negara dengan ekonomi terbesar kedua itu hanya tumbuh 0,5% yoy, atau lebih rendah dari proyeksi analis sebesar 2%. Pada bulan Juli, ekspor melonjak 7% yoy, sementara impor meningkat 7,2%, lebih tinggi dari perkiraan.

BACA JUGA: Potensinya Besar, Bahlil Tawarkan Cina Investasi PLTA di Papua

Ekspor Cina ke mitra dagang utama, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan Asia Tenggara, semuanya meningkat pada bulan Agustus ketimbang periode yang sama tahun lalu. Ekspor ke Uni Eropa tumbuh paling tinggi, naik 13%.

Impor Cina dari AS naik 12% pada bulan Agustus, sementara impor yang berasal dari Uni Eropa merosot. Adapun impor dari Asia Tenggara melonjak hingga 5%.

BACA JUGA: Dorong Dekarbonisasi, Indonesia Tawarkan Hilirisasi Batu Bara ke Cina

Impor Cina dari Rusia merosot 1%, sementara ekspor naik 10%. Ekspor mobil Cina melonjak hampir 40% pada bulan Agustus, sementara jumlah smartphone yang diekspor meningkat 6,7%.

Sementara itu, ekspor integrated circuits melonjak 18%, sementara impor menguat 11%. Volume ekspor tanah jarang Cina anjlok 1% pada bulan Agustus, sementara impor turut merosot 12%.

BACA JUGA: Indonesia Pasar Terbesar Kedua J&T Express setelah Cina

Pada bulan Juni, Cina mengumumkan kebijakan baru untuk meningkatkan pengawasan industri tanah jarang dalam negeri karena masalah keamanan nasional. Adapun impor minyak mentah Cina turun 7% dalam volume pada bulan Agustus.

Ekspor Cina secara year to date, atau Januari-Agustus dalam yuan melonjak 6,9%, sementara impor meningkat 4,7%. Ekspor Cina diketahui menjadi andalan perekonomian di tengah permintaan domestik yang lesu.

“Meskipun ekspor meningkat, tapi impor lebih penting, mengingat fokus Cina untuk mendorong permintaan domestik demi menghindari deflasi,” kata Steve Brice, kepala investasi di Standard Chartered Wealth Management. 

Dia memperkirakan kekhawatiran tersebut akan memengaruhi kinerja pasar saham Cina. Apalagi, jika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, yang dipastikan meningkatkan tarif ekspor Cina.

Adapun saham-saham mainland China diperdagangkan lebih rendah pada Selasa.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS