Airlangga Hartarto: Ekonomi Digital Boyong Indonesia Naik Kelas

marketeers article
Handsome young businessman using smartphone on night city and forex chart background. Double exposure. Fund management concept

Implementasi ekonomi digital dinilai Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto akan membawa Indonesia naik kelas dengan target menjadi negara berpendapatan level kelas menengah atas (upper middle income country) pada tahun 2020. Melalui penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, ia meyakini Indonesia bisa bergerak maju mewujudkan target tersebut.

“Digitalisasi ekonomi merupakan salah satu leap frog strategy ke level selanjutnya, yakni lulus dari middle income trap. Dalam hal ini, melalui Making Indonesia 4.0, aspirasinya besarnya adalah mewujudkan Indonesia masuk jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” tegas Airlangga di Bandung, Senin (29/04/2019).

Bahkan, berdasarkan hasil studi PwC dan McKinsey, Indonesia dinilai bisa masuk tujug besar ekonomi dunia di 2045. “Sementara pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti, kita menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia,” ujar Airlangga. Guna mencapai sasaran tersebut, indusri 4.0 akan memacu produktivitas dua kali lipat dengan anggaran untuk RnD sebesar 2%.

Menperin menambahkan, dengan penerapan ekonomi digital sekaligus akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. “Kalau baseline ekonomi kita targetnya tahun depan di angka 5,6%, maka baseline ini nantinya dapat ditingkatkan menjadi 1-2 persen,” imbuhnya. Kemudian, bakal terciptanya lapangan kerja hingga lebih dari 10 juta orang dan kontribusi manufaktur bisa terdongkrak sebesar 25%.

“Ada lima sektor yang menjadi pilot pada industri 4.0 di Indonesia, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Bukan berarti sektor lain tidak penting, karena ada 38 sektor lainnya yang pemerintah punya kebijakan tersendiri untuk mereka,” paparnya.

Berdasarkan studi McKinsey, kelima sektor manufaktur yang masuk dalam prioritas pengembangan pada Making Indonesia 4.0, karena secara total mampu menyumbang hingga 78% terhadap PDB industri, kemudian berkontribusi 65% terhadap ekspor dan sebanyak 60% tenaga kerja ada di lima sektor tersebut.

Sampai tahun 2025 nanti, McKinsey juga menunjukkan, pembangunan ekonomi berbasis digital akan menciptakan pendapatan tambahan pada PDB nasional sebesar USD 155 miliar. “Ini new opportunity akibat digitalisasi ekonomi. Selain itu, ada tambahan tenaga kerja di sektor industri sebanyak 4,5 juta orang dan untuk sektor industry-related service mencapai 12,5 juta orang,” sebut Menperin.

Dalam upaya mengajak pelaku usaha manufaktur di dalam negeri memanfaatkan teknologi industri 4.0, Kemenperin telah meluncurkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0). Ini merupakan indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam upaya mengukur tingkat kesiapan perusahaan untuk bertransformasi menuju industri 4.0 di Indonesia.

“Dari hasil self assessment, sebanyak 326 industri yang berpartisipasi dinilai cukup siap menerapkan industri 4.0. Selanjutnya, kami juga melakukan pengembangan kepada industri kecil dan menengah (IKM) agar bisa go digital melalui e-smart IKM serta program penumbuhan startup,” imbuhnya.

Kemenperin juga sedang membangun Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0 di Jakarta.“Diharapkan dapat jadi percontohan pengembangan inovasi. Isinya antara lain virtual manufacturing labsmart quality managementautonomous logistic system dan augmented reality,” ujarnya.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related