Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah tergolong agresif dalam mengembangkan industri pariwisata. Gaungnya adalah ketika pemerintah melalui Kementerian Pariwisata mencanangkan Sepuluh Destinasi Baru. Proyek ini tergolong ambisius. Sebab, sepuluh destinasi tersebut akan menyaingi destinasi pariwisata di Bali.
Tentunya hal ini membawa angin segar bagi para pelaku industri pariwisata, khususnya perhotelan. Permintaan hotel akan meningkat dan menumbuhkan persaingan yang sehat. Salah satu potensinya adalah pertumbuhan hotel kelas bujet. Beberapa tahun ke belakang, tren wisata hemat semakin menyuburkan bisnis hotel bujet. Hal yang menjadi target Airy, sebuah aggregator untuk hotel bujet.
Sejak tahun 2015, Airy dibentuk sebagai jawaban dari permasalahan akomodasi di Indonesia. Di Indonesia, Airy adalah salah satu pionir dalam industrinya. Bermitra dengan ribuan pengelola kamar hotel bujet, membuat layanannya diminati oleh banyak traveler. Jejaknya pun kini bisa ditemui di ratusan kota di Indonesia. Airy memiliki dua layanan, yakni pemesanan kamar dan pemesanan tiket pesawat domestik.
“Misi kami adalah memberikan best travel experience with best value. Kami percaya dengan adanya dua produk ini, kami bisa memberikan kenyamanan ekstra bagi para tamu kami. Responsnya sangat positif. Konsumen jadi tidak terlalu pusing ketika ingin memesan kamar dan pesawat secara bersamaan,” ujar Stephan Sinisuka, Corporate Communication Manager Airy.
Airy berpedoman pada tujuh faktor kenyamanan yang selalu dicari para tamu terkait pemesanan kamar. Yakni pendingin ruangan, kamar yang bersih, air minum, cemilan, air panas, perlengkapan mandi, dan televisi. Tujuh faktor kenyamanan ini menjadi modal Airy dalam menyediakan akomodasi kepada para tamu. “Biasanya konsumen akan merasa lebih nyaman dengan tersedianya tujuh faktor ini,” tambahnya.
Namun Airy tidak sekadar berpatok pada tujuh faktor tersebut. Airy melebarkan rangkaian produknya ke dalam tiga kelas, yaitu Airy Eco, Airy Standard, dan Airy Premier. Airy Eco merupakan kamar dengan harga termurah. Meskipun murah, kategori ini tetap menyajikan tujuh faktor kenyamanan tersebut. Sementara, Airy Standard merupakan kategori yang paling banyak di daftar hotel Airy Rooms. Apabila ingin disetarakan, kamar Airy standar mirip dengan kamar-kamar pada hotel kelas bintang tiga.
Kategori yang lebih mewah adalah Airy Premier. Untuk kategori ini, selain tujuh faktor kenyamanan, biasanya dilengkapi dengan kolam renang, parkiran yang luas, serta restoran.
Airy juga mencoba menjawab permintaan untuk sektor wisata halal. Ini diwujudkan dengan menyediakan kamar Airy Syariah. Tamu yang akan menginap di kamar Airy Syariah ini harus pasangan resmi atau yang sesama muhrim. “Seiring dengan meningkatnya tren wisata halal, ada banyak mitra kami yang meminta adanya kamar syariah ini,” tambahnya.
Saat ini, Airy juga sedang mengembangkan layanan self-check in untuk para tamunya. Serupa dengan layanan self-check in pada pesawat, layanan ini semakin memudahkan para tamu yang check in ketika lewat tengah malam.
Selain menyasar kalangan wisatawan dan keluarga, salah satu yang disasar oleh Airy adalah kalangan korporat. Melalui layanan Airy Business, maka berbagai korporat dan business traveler akan ikut merasakan kenyamanan bepergian. Airy menawarkan fleksibilitas dalam pemesanan kamar dan tiket pesawat. Artinya perusahaan, travel manager, atau karyawan bisa mengatur sendiri perjalanan dinas mereka. Mulai dari kamar dengan batasan bujet harga per malam hingga bujet tiket pesawat sesuai dengan travel policy perusahaan masing-masing.
Bahkan Airy, tidak hanya menawarkan kamar di dalam jaringan mereka saja. Mereka juga bermitra dengan hotel-hotel berbintang lainnya di luar jaringan Airy. “Nantinya line manager atau travel manager perusahaan akan meng-approve jadwal yang sudah dipilih oleh karyawan mereka. Tiket pesawat serta hotel akan terkirimkan otomatis,” jelas Stephan.
Sebagai omni brand, Airy tidak melupakan pengalaman online dari para mitra hotelnya. Melalui Property Management System Software, Airy memudahkan operasional bisnis dari para mitra hotel, khususnya mereka yang berasal dari hotel bintang tiga ke bawah. “Melalui Property Management System, para mitra kami bisa mengetahui berapa banyak reservasi serta informasi mulai dari penjualan, laporan keuangan dan beragam hal lainnya.”
Airy menyadari bahwa tidak semua mitra memiliki modal yang besar. Sehingga, mereka akan sulit bersaing dengan hotel bintang yang dimiliki oleh grup-grup besar. Makanya, Airy membangun software untuk membuat mitra mereka bisa bersaing dengan grup-grup besar. Apalagi, investasi pada software system terbilang mahal.
Sistem ini menghubungkan antara mitra kamar dengan Airy serta mitra online travel agent (OTA). Selain itu, juga memudahkan komunikasi antara lobby dengan housekeeping. Hal ini ditujukan untuk memangkas proses check out di kalangan tamu, terlebih ketika peak hour.
Tidak hanya permasalahan software, Airy juga memberikan pelatihan khusus kepada para sumber daya manusia dari masing-masing mitra hotel. Pelatihan yang ditawarkan mulai dari cara menerima tamu, memberikan kunci, hingga cara membersihkan kamar.
“Salah satu tantangan di Indonesia, rata-rata housekeeping yang merupakan lulusan sekolah perhotelan atau pariwisata maunya bekerja untuk hotel bintang empat dan lima. Nah, para pemain hotel bujet ini sulit mendapatkan SDM yang mempunyai skill tersebut. Airy memberikan pelatihan kepada para housekeeping, yang ternyata 70%-nya adalah lulusan maksimal SMA,” pungkas Stephan.
Editor: Sigit Kurniawan