Tren penjualan motor nasional lesu di tahun ini. Data Kementerian Perindustrian yang dianalisis Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan, angka penjualan sepeda motor nasional hingga Juli 2020 minus 42% dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Sebelum pandemi COVID-19 terjadi, tren penjualan motor di Indonesia mengalami peningkatan mencapai 6,5 juta sejak 2017-2019.
“Angka penjualan pernah menyentuh di atas delapan juta pada 2011 silam. Tahun ini, total pasar diperkirakan hanya menyentuh 3,6 sampai 3,7 juta atau bisa menurun hingga 42% atau 45% dibandingkan 2019,” ungkap Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) dalam gelaran Industry RoundTable: Actualizing the Post Normal: Year 2021 & Beyond from Automotive Industry Perspective di Jakarta, Selasa (22/09/2020).
Menilik grafik penjualan motor di Indonesia pada tahun ini, terlihat penjualan yang relatif stabil (di atas 500 ribu unit) per bulan selama Q1 2020. Namun, angka ini tercatat minus 6,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Penjualan sepeda motor mulai mengalami penurunan di akhir Maret 2020 ketika pemerintah mengumumkan kebijakan relaksasi dari pembayaran angsuran kredit sepeda motor yang berlaku satu tahun untuk konsumen yang terdampak COVID-19.
Kondisi ini semakin terasa berat pada April 2020 atau saat pemerintah mengumumkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah Jabodetabek. AISI mencatat, penjualan pada April 2020 merosot 78%. Angka ini terus merosot mencapai 82% pada Mei 2020 ketika hampir seluruh kota besar di pulau Jawa memberlakukan kebijakan PSBB.
“Saat itu, seluruh anggota AISI tidak berproduksi karena mengikuti protokol dan kebijakan kesehatan pemerintah,” ujar Sigit.
Penjualan tersebut mulai meningkat pada Juni 2020 ketika PSBB masa transisi diberlakukan. Tercatat, penjualan sepeda motor meningkat lebih dari 650%, dan berlanjut di Juli 2020 meningkat di atas 73% sehingga mencapai penjualan 292 ribu.
Menanggapi situasi ini, Sigit mengimbau agar terjadi kolaborasi yang kuat dari hulu ke hilir dengan melibatkan pemerintah.
“Kita harus bisa bertahan dalam situasi seperti ini dengan menyiapkan diri lebih baik agar ketika pasar sudah membaik, maka kita sudah siap dengan segala hal. Memperkuat model bisnis yang didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan kompeten, serta memanfaatkan teknologi juga menjadi poin penting,” tutup Sigit.