Berapa banyak pengembang infrastruktur di Indonesia? Menurut data dari perusahaan teknologi khusus infrastruktur Glodon, di Indonesia angkanya bisa mencapai 1.500 pengembang atau kontraktor. Itu sudah termasuk perusahaan plat merah selain swasta yang berjibun menunggu rezeki dari bisnis membangun gedung.
Beruntung negara ini sedang membangun di sana-sini, baik di kota-kota besar seperti Jakarta maupun daerah-daerah. Ini menjadi potensi besar bagi perusahaan dari Tiongkok seperti Glodon.
“Kami menyediakan peranti lunak untuk mempermudah para perancang bangunan dengan menghitung biaya dari skema belum jadi menjadi efektif dan efisien. Kontraktor pasti akan membuat versi 3D menggunakan peranti lunak pembangun seperti Autocad. Dari versi konsep itu kami bisa melengkapinya dengan hitung-hitungan biaya jika bangunan itu benar-benar terealisasi,” ujar General Manager Glodon di Indonesia Helen Chen di Jakarta beberapa waktu lalu.
Glodon sendiri di Indonesia sudah ada sejak tiga tahun lalu. Namun, itu baru berbentuk representatif saja. Mereka baru benar-benar mulai menginjak garis start setahun kemudian. Dibanding setahun lalu, pertumbuhan bisnisnya meningkat cepat dengan lebih dari 50 perusahaan kontraktor di Indonesia menggunakan peranti lunak Glodon.
Di Tiongkok, Glodon mengklaim diri mereka sudah sangat besar. Dari sana, mereka kemudian mengembangkan sayap bisnis ke Amerika Serikat, Inggris, India, sampai ke Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Sama seperti di Indonesia, pertumbuhan mereka juga didorong ekonomi cepat Tiongkok yang sedang hobi membangun sehingga menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Helen sendiri tidak terlalu mengkhawatirkan perihal industri infrastruktur di Indonesia masih lumayan tradisional secara pemikiran. Tapi, ia yakin dapat mengedukasi pasar dengan beberapa strategi. Salah satunya dengan mengadakan kompetisi bagi para kontraktor. Apalagi dengan semakin tingginya pengguna internet di Indonesia, teknologi sudah seharusnya digunakan di berbagai bidang termasuk di sektor infrastruktur.
“Kami memiliki empat peranti lunak infrastruktur. Dari peranti lunak itu, kami tawarkan lisensi. Satu lisensi paket lengkapnya kami hargai Rp 40 jutaan. Jadi, kalau mau ambil lima lisensi, tinggal dikalikan. Itu untuk seumur hidup dengan harga tiap tahun sebesar 10%-nya. Untuk apa? Biaya itu untuk update, customer service, dan pelatihan. Kami memang sediakan pelatihan atau training agar kontraktor tahu fungsi utama dari peranti lunak edisi terbaru,” sambung Helen.
Sementara, untuk kompetisinya sendiri Glodon di Indonesia mengklaim sebagai yang pertama di bidang BIM (Building Information Modelling) Calculation. Secara singkat para peserta yang juga terdiri dari para kontraktor ini akan ditantang untuk berkreasi menggunakan peranti lunak dari Glodon.
Sebelum berkompetisi peserta ini akan diberi pelatihan peranti lunak selama empat hari pada 25-28 Agustus lalu. Sementara, kompetisinya sendiri akan digelar pada 17 September 2016 di Universitas Al Azhar dan Ukrida Jakarta. Pemenangnya tentu saja mendapatkan hadiah menarik, seperti uang tunai, lisensi perangkat lunak dari Glodon gratis, serta diskon pembelian peranti lunak atas nama perusahaan.
Menurut Helen, kompetisi ini diadakan sebagai bagian dari strategi marketing untuk edukasi peranti lunak Glodon kepada konsumen serta meningkatkan awareness di Indonesia. Mereka diharapkan bisa mengaplikasikan banyak hal setelah kompetisi ini serta tentu saja merasakan manfaat dari peranti lunak yang ditawarkan.
“Kami juga bekerja sama dengan banyak pihak di bidang ini untuk meningkatkan daya tawar kompetisi ini, mulai dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo), sampai Ikatan Quantity Surveyor Indonesia (IQSI),” tutup Helen.
Editor: Sigit Kurniawan