Setelah resmi mengumumkan pembukaan mal pertamanya di BSD City, Tangerang pada 30 Mei mendatang, PT AEON Mall Indonesia akan berkomitmen membangun pusat belanja di kawasan suburban Jakarta. Setidaknya, AEON akan membangun 20 mal di Jabodetabek hingga tahun 2023. Bersama Sinarmas Land, AEON bakal membuka mal di Kota Delta Mas, Bekasi. Rencananya, mal itu beroperasi pada tahun 2016.
Maklum, baik mal di BSD City maupun Delta Mas merupakan usaha patungan antara PT AEON Mall Indonesia dengan Sinarmas Land yang membentuk perusahaan baru yaitu PT AEON Mall Sinarmas Land Indonesia (AMSL). PT AEON memiliki 67% saham, dan sisanya adalah Sinarmas. Investasi di BSD City menelan biaya Rp 2 triliun, sedangkan di Delta Mas, biayanya masih belum dipublikasikan.
“Kalau di Delta Mas, luas malnya tidak terlalu besar, hanya 60.000 m2. Konsepnya masih mengangkat tema mal Jepang. Selain di Delta Mas, ada lokasi lain yang kami tengah bidik, yaitu di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Namun, kami belum bisa beberkan lebih lanjut, karena masih dalam tahap perundingan,” kata Direktur PT AMSL Indonesia Alphonzus Widjaja kepada Marketeers yang ditemui saat kunjungan AEON Mall BSD City, Rabu (1/4/2015).
Selain membentuk joint venture dengan pengembang Sinarmas Land, AEON Mall punya skema lain dalam memperluas jaringan malnya di Indonesia. Pertama, kepemilikan penuh, yang mana AEON membeli lahan dan membangun sendiri mal itu. Kedua, sistem master lease. AEON hanya mengoperasikan mal, sedangkan pembangunannya diserahkan pada para pemilik yang bekerja sama dengan AEON.
Presiden Direktur PT AMSL Indonesia & AEON Mall Indonesia Ryuma Okazaki menjelaskan, untuk konsep kepemilkan penuh, AEON telah melakukannya lewat proyek AEON Mall Jakarta Garden City, Cakung, Jakarta Timur. Di sana, AEON tidak melakukan joint venture, melainkan membeli putus tanah seluas 20.000 m2 milik PT Modernland Realty Tbk., dengan harga saat itu sebesar US$ 45 juta. Mal itu dijadwalkan beroperasi pada awal 2016.
Okazaki menuturkan, prospek bisnis mal komersial di Indonesia semakin menjanjikan di tahun-tahun mendatang. Menurutnya, hal ini tak lepas dari meningkatnya kelas menengah Indonesia, serta daya beli masyarakatnya yang tinggi. Alasan lainnya, masyarakat Indonesia didominasi kaum muda. “Berbeda dengan demografi Jepang yang didominasi kaum tua. Di Indonesia, banyak keluarga muda. Alasan itulah yang mendorong kami menanamkan investasinya di Indonesia,” ungkapnya.
Di kesempatan yang sama, Sudarmadi Salim, General Manager Finance & Accounting Division PT AEON Indonesia mengatakan, pihaknya telah lebih dulu melakukan riset pasar pada tahun 2011. Saat itu, ditemukan bahwa konsumen kelas menengah merasa tidak ada mal yang mewakili aspirasi mereka. Katanya, mal-mal di dalam negeri lebih banyak membidik kelas atas atau kelas bawah. Sehingga, kelas menengah merasa sulit untuk menemukan produk berkualitas dengan harga terjangkau bagi kantong mereka.
“Kalaupun ada yang bekualitas, harganya mahal. Kalaupun ada yang murah, produknya tidak menjamin kualitas. Melihat gap itu, kami merasa AEON Mall cocok untuk ada di kawasan penyangga Jakarta seperti BSD City yang dipadati kelas menengah. Apalagi, di Jepang, seluruh mal AEON terletak di kawasan sub urban,” terangnya.
Kabar terakhir, AEON juga menggandeng PT Sentul City Tbk menggarap proyek mal di Sentul, Bogor. Pembangunan pusat pembelanjaan itu akan berada di atas lahan seluas 7,8 hektare dengan nilai investasi mencapai Rp 1,2 triliun. Di Kota hujan itu pula, AEON akan menyiapkan satu mal lagi di kawasan Cibinong.
Dengan target mengoperasikan 20 mal pada tahun 2023, manajemen AEON Indonesia sebelumnya sempat mengatakan bahwa seluruh investasinya menelan biaya 80 miliar yen atau senilai Rp 8,67 triliun (kurs 1/4/2015). Saat dikonfirmasi, Okazaki bilang angka itu adalah perhitungan mereka tahun lalu. “Tentunya, dengan biaya material yang naik 10-20% per tahun serta nilai dollar saat ini, biayanya akan lebih besar dari angka itu,” ucap Okazaki.