Akan Seperti Apa Industri Elektronik Indonesia Tahun 2019?

marketeers article
55558072 hong kong, china february 04, 2015: shopping center interior. in hong kong a wide selection of clothing boutiques, designer flagship stores, restaurants, daily shows and exhibitions

Bagaimana kondisi industri elektronik tahun ini? Ada pemain yang optimistis ada pula yang tak berani bicara banyak, alias wait and see. Seperti yang dikatakan Tekno Wibowo, Chief Commercial Officer Polytron, banyak pihak yang tidak terlalu yakin dengan kondisi makro Indonesia pada tahun 2019. Tapi, produk elektronik adalah produk yang melekat di keseharian kita. Terlepas dari situasi yang ada, pasar dan peluang tetap terbuka. Tinggal bagaimana pelaku melakukan strategi saja.

“Kalau kami, masih optimistis dengan tahun 2019. Kami sudah ada sejak 43 tahun lalu, dan telah mengalami banyak momentum seperti tahun 1998, 2008, itu semua sudah kami lalui. Ada banyak pelajaran yang kami dapatkan dari sana. Dengan kekuatan kami di sektor research & development (R&D) dan produksi, akan jadi modal utama kami dalam merebut pasar tahun depan,” ujar Tekno. “Tidak perlu takut dengan tahun depan. Justru ketika takut, nanti kita tidak bisa mengontrol diri sendiri.”

Lalu, seberapa besar tumbuhnya? Tahun 2019, sebagai salah satu pemain, SHARP melihat industri elektronik di Indonesia masih bisa tumbuh 5%-10%. SHARP sendiri menargetkan pertumbuhan sebesar 15%. Tercatat sejumlah faktor pendorong. Misalnya pemilu presiden dan legislatif.

“Saya pikir, pemerintah akan banyak memberikan dana ke seluruh Indonesia untuk menggerakkan mikro ekonomi. Karena di saat itulah, masyarakat akan menilai kinerja pemerintah,” kata Andry Adi Utomo, Domestic Sales Senior General Manager PT SHARP Electronics Indonesia.

Sebaliknya, SHARP justru mengkhawatirkan ketika pemilu 2019 usai. Pasalnya, menurut catatan mereka, penjualan elektronik kerap mengalami penurunan pasca pemilu rampung. “Pada 2014 misalnya, penjualan pada tahun 2015 mengalami penurunan. Pada 2019 ini, kami masih optimistis. Tapi tidak tahu setelahnya,” kata Andry.

Berbeda dengan Andry, Tekno memandang, ada pemilu atau tidak ada pemilu, barang elektronik masih dibutuhkan pada kuartal pertama. “Asalkan suhu tidak memanas. Kami akan siapkan strategi untuk tumbuh 10%. Produk sudah kami siapkan, strategi pemasaran juga sudah kami rancang,” ujar Tekno. Sementara di kubu Panasonic, mereka menilai pasar akan sedikit terkoreksi hingga pemilu usai. Setelah itu, industri elektronik nasional bisa mengambil momentum untuk tumbuh.

“Yang harus diwaspadai pada tahun depan adalah nilai tukar rupiah. Di satu sisi, komponen elektronik masih banyak yang harus impor dari luar. Diharapkan dengan kondisi politik yang sudah reda, maka pemerintah bisa mengundang banyak investor lain, sehingga secara hulu dan hilir komponen menjadi lebih mudah,” lanjut Tekno.

Lalu produk apa saja yang akan laris? Jika di awal GABEL bilang produk TV berjalan biasa saja, bagi SHARP pasar TV masih sangat berpotensi untuk tumbuh pada tahun depan. Dari semua produk elektronik yang ada, SHARP melihat TV masih menyimpan potensi yang sangat besar. Hal ini dikarenakan penetrasi TV di Indonesia baru di angka 30%. Hal itu berbeda dengan penyejuk ruangan dan mesin cuci yang memiliki penetrasi masing-masing 60% dan 50%.

Namun, bukan berarti SHARP hanya mengandalkan TV sebagai produk andalan pada tahun 2019 nanti. Sebab, produk elektronik memiliki siklus penjualan yang berbeda-beda. Misalnya untuk lemari es, biasanya akan mengalami penurunan penjualan pada Januari hingga Maret karena musim hujan. Kondisi akan mencapai titik puncak pada musim lebaran hingga Oktober.

Pandangan berbeda disampaikan Miyaji. Di kubu Panasonic, produk AC memiliki potensi terbesar. Pasalnya, penetrasi AC sekitar 50% tersebut baru melingkupi daerah perkotaan seperti Jakarta. “AC memiliki potensi pasar pada tahun depan sangat besar. Penetrasi pasar AC di Indonesia sangat kecil. Sekitar 20%-30%,” jelasnya.

Di lain sisi, ada banyak kesempatan untuk memperluas pasar dengan fokus pada high-end model yang berbasis Internet of Things (IoT). Selain itu, permintaan pasar yang cukup tinggi akan memberikan angin segar dalam penjualan produk elektronik. Di samping itu penetrasi beberapa kategori masih cukup rendah dan ini merupakan peluang yang cukup besar.

Yup, ekosistem elektronik pintar terus berkembang di Indonesia. Para pemain pun berlomba melakukan pengembangan produk. “Hal ini telah kami inisiasi sejak 2014 dalam konsep IoT di dalam produk TV, kulkas, mesin cuci, vacuum cleaner. Di sini, kami mengembangkan AI yang akan terintegrasi dengan gawai, sehingga semuanya akan saling terkoneksi,” kata KangHyun Lee, Vice President Samsung Electronics Indonesia

Ali Soebroto, Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Elektronik Indonesia (GABEL) memandang ekosistem berbagai inovasi itu akan segera terbentuk. Indonesia tinggal menunggu skala ekonomisnya saja. Ketika permintaan mulai membesar dan produksi sudah memasuki skala ekonomis, maka produk bisa mulai masuk ke pasar di bawahnya dengan rentang harga yang lebih terjangkau. Hingga pada akhirnya, ekosistem elektronik pintar akan terbentuk di negeri ini.

Editor: Sigit Kurniawan

Related