Transmedia resmi menjadi pemegang hak siar Piala Dunia tahun ini. Trans TV dan Trans 7 akan menjadi licensed broadcaster television, sedangkan Transvision menjadi licensed satellite television. Setidaknya, televisi tersebut bakal menayangkan 64 pertandingan langsung dari 32 tim yang bertanding di 12 stadion yang tersebar di 11 kota berbeda di Rusia.
Sampai sejauh ini, belum ada desas-desus siapa pengiklan atau sponsor yang akan nebeng di Transmedia jelang Piala Dunia 2018. Akan tetapi, perusahaan telepon seluler asal China, Vivo, menjadi sponsor utama FIFA di Piala Dunia 2018.
Sebagai brand yang tengah mekakukan penetrasi pasar di Indonesia, pemirsa lokal nampaknya bakal sering melihat iklan Vivo pada momen Piala Dunia. Bahkan, kontrak Vivo ke FIFA terjadi selama enam tahun yang meliputi Piala Dunia 2018, Piala Konfederasi 2020, serta Piala Dunia 2022 di Qatar.
Dikutip dari FT.com, untuk sponsorship itu, Vivo mesti membayar 60-70 juta euro setahun kepada FIFA atau setara Rp 1 triiliun, sehingga totalnya mencapai Rp 6 triliun.
Tentu, kesempatan langka ini tak mau disia-siakan oleh Transmedia, yang rating-nya berada di zona degradasi alias terseok di 10 besar dalam lima tahun terakhir. Lewat Piala Dunia, media yang dimiliki oleh pengusaha Chairul Tandjung itu ingin mendongrak popularitas Trans TV dan Trans 7, setidaknya kembali seperti pada masa keemasan mereka tahun 2013 yang sempat berada di top 3 televisi dengan rating tertinggi versi Nielsen.
Keseriusan Transmedia untuk mengembalikan pamor tak sekadar lewat amunisi Piala Dunia. Media ini bahkan berhasil meminang talkshow terpopuler negeri ini, Mata Najwa, yang hengkang dari Metro TV lantaran alasan yang masih tanda-tanya.
Sumber Marketeers mengatakan, acara bincang-bincang yang dipandu Najwa Shihab itu sempat di-tender dua media besar, yaitu NET TV dan ANTV. Kini, acara itu resmi mengudara di Trans 7.
“Kalau di NET TV, segmennya tidak cocok karena (Mata) Najwa terlalu serius. Sedangkan di TVOne, tidak mungkin ada ‘dua matahari’ dalam satu media,” kata sumber Marketeers itu. Istilah “dua matahari” yang dimaksud merujuk pada orang lama media yang berpengaruh di TVOne, yaitu Karni Ilyas.
Transmedia sebenarnya telah berbenah sejak setahun terakhir demi mengambil atensi pemirsa untuk kembali ke layar kaca mereka. Tahun lalu, Trans TV resmi menjadi televisi sinetron dari positioning sebelumnya sebagai televisi entertainment. Trans TV menggandeng MD Entertainment, rumah produksi yang sinetronnya sempat merajai audience share layar kaca, seperti Cinta Fitri.
Entah apa yang akan terjadi ke depan, Piala Dunia 2018 sudah pasti banjir penonton. Semakin banyaknya usia muda yang “melek” sepakbola, membuat fans olahraga ini terus meningkat. Hal ini tentu menjadi peluang bagi Transmedia untuk meraih banyak iklan.
(Baca Juga: Analisis Iklan Piala Dunia 2010 vs 2014)
Kendati demikian, salah satu yang mesti diperhatikan brand adalah milenial punya caranya sendiri menonton tayangan favorit mereka. Televisi bahkan bukan lagi menjadi sarana pertama untuk menonton pertandingan sepakbola.
Salah satu pecinta sepakbola, Adhit, mengaku tidak lagi 100% menonton pertandingan sepak bola di hadapan layar televisi. Ia sering mengakses situs internet yang menayangkan siaran live pertandingan bola, salah satunya beIN. Kanal media ini merupakan saluran televisi olahraga milik Grup Al-Jazerra yang berbasis di Qatar.
“Kalau sedang di luar rumah, saya sering mengakses pertandingan sepak bola lewat smartphone. Lebih praktis, walau layarnya kecil,” ucap Adhit.
Apa yang dikatakan Adhit adalah buah masa depan sepak bola dunia. Laporan Repucom’s Stadia Operators Survey 2014 menyebut bahwa orang kini mengakses pertandingan sepakbola di banyak platform. Sekitar 84% dari stakeholder yang disurvei setuju bahwa komunikasi dengan target grup via kanal media baru merupakan sesuatu yang penting.
Itu artinya, televisi bukan lah satu-satunya media yang menjadi referensi pengiklan dalam menjaring target audiens. Sebab, mata pencinta sepak bola sudah ada di PC, tablet, dan smartphone mereka. Apakah Anda merasa demikian?
Sampai menunggu Piala Dunia 2018!
Editor: Sigit Kurniawan