Akibat Corona, Mochtar Riady Semakin Yakin Indonesia Siap Masuk ke Industry 4.0
Mochtar Riady pengusaha sekaligus pendiri Lippo Group menilai bahwa pandemi ini selain memberikan dampak negatif juga memberikan sisi positif.
Pria yang baru saja merayakan hari jadi yang ke 91 ini menilai Indonesia semakin siap untuk masuk ke tahap industri 4.0. Alasannya, pandemi membuat orang semakin sadar dengan teknologi.
“Secara tidak sadar dan terpaksa, kita semua menjadi membiasakan diri hidup dengan teknologi,” jelas Mochtar pada acara Jakarta CMO Club, Kamis (14/5/2020).
Baginya revolusi industri yang telah terjadi dalam empat gelombang harus disikapi secara positif. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 1757 ketika Inggris menemukan mesin tenaga uap, Inggris berhasil menjadi pabrik dunia dan membuat koloni di hampir seluruh penjuru dunia. Inggris pun berhasil menjadi negara terkuat di dunia dalam beberapa tahun.
Hampir 100 tahun setelah mesin uap, Amerika Serikat menemukan listrik dan berhasil menjadi kiblat teknologi pada masanya. Hal ini diikuti oleh Jepang, pada masa modernisasi, Kaisar Jepang mengirimkan para pelajar untuk belajar di luar negeri dan berhasil kembali untuk membawa Jepang menjadi kektuatan ekonomi dunia.
“Revolusi Industri itu siapa yang mengikuti maka akan berjaya. Yang tidak mengikuti maka akan tenggelam,” tambahnya.
Mochtar yang memiliki keturunan Tiongkok, mengingat betul alur sejarah revolusi industri. Ia berujar sekitar 2700 tahun yang lalu China melalui Dinasti Han merupakan sebuah negara yang maju. Bahkan GDP mereka saat itu mencapai 1/3 GDP dunia. Namun saat memasuki Dinasti Ching, China menutup diri dari dunia.
“Mereka tidak tahu ada revolusi industri dan akibatnya mereka tertinggal dan beberapa wilayah mereka justru dikuasai oleh negara lain,” imbuh Mochtar.
Meskipun sempat tertinggal dari Jepang, kini China berhasil menyalip Jepang. Sebelum 1990, China yang menganut paham sosialis merupakan negara yang serba kekurangan. Secara perlahan China mulai membuka diri dengan dunia. Menariknya, meski sama-sama sosialis dengan Uni Soviet kala itu, China memilih berhati-hati.
China mengirimkan ratusan ribu pelajar ke seluruh dunia untuk belajar. Mereka kembali dan membangun kekuatan ekonomi China. Proses pengenalan konsep kapitalis dalam hal ekonomi pun dikenalkan di China. Tidak dimulai dari kota besar, pengenalan ini justru dimulai dari kota pesisir, Shenzen. Ketika sukses di Shenzen, paham ini kemudian disebarkan ke kota-kota lainnya.
“Betapa pentingnya revolusi industri yang terjadi dan harus diikuti. Kita masuk ke era revolusi industri 4.0. Corona memaksa ornag untuk semakin terbiasa belanja di e-commerce, menggunakan e-payment, dan e-banking. Ini menandakan kita semua siap untuk revolusi industri 4.0,” tutup Mochtar .