Akira Toriyama, komikus Dragon Ball meninggal dunia pada usia 68 tahun, Jumat (1/3/2024) lalu. Berpulangnya si pencipta karakter Goku itu karena mengidap penyakit hematoma subdural akut, sebagaimana diungkapkan dalam Instagram resminya.
“Ini terasa tidak nyata, tetapi dengan sedih kami memberitahu bahwa pencipta manga Akira Toriyama meninggal dunia pada 1 Maret karena hematoma subdural akut,” tulis akun tersebut, Jumat (8/3/2024).
Melansir Halodoc, hematoma subdural adalah jenis pendarahan yang terjadi di dalam tengkorak kepala. Lebih tepatnya, kondisi ini terjadi ketika ada penumpukan darah di antara dua lapisan di otak, yaitu lapisan arachnoid dan lapisan dura atau meningeal.
BACA JUGA: Hanni NewJeans Suka Makan Tempe, Ini Manfaatnya untuk Kesehatan
Hematoma subdural terbagi menjadi beberapa jenis, yang mana salah satunya seperti dialami Akira Toriyama. Hematoma subdural akut adalah yang paling berbahaya. Lantas, faktor risiko seperti apa yang membuat seseorang berpotensi mengalami penyakit ini?
Penyebab dan Faktor Risiko
Salah satu penyebab hematoma subdural yang paling umum adalah cedera kepala yang parah ataupun ringan. Kondisi ini lazimnya terjadi pada lansia atau orang tua karena pembuluh darah makin longgar akibat atrofi otak.
Selain berusia lanjut, seseorang dengan kebiasaan minum alkohol terlalu banyak dalam jangka waktu lama juga berpotensi mengalami hematoma subdural. Kebiasaan ini menyebabkan otak menyusut secara bertahap, sehingga membuat pembuluh darah otak lebih rentan rusak.
Tidak hanya itu, orang yang memakai obat antikoagulan atau pengencer darah juga berisiko mengidap hematoma subdural. Bahkan, konsumsi obat untuk mengurangi risiko pembekuan darah dapat meningkatkan risiko hematoma subdural kronis.
BACA JUGA: Selain Ikan Buntal, Ini 5 Jenis Ikan yang Bisa Jadi Racun untuk Tubuh
Gejala Hematoma Subdural
Ketika seseorang mengalami hematoma subdural, maka akan mengalami beberapa gejala medis. Gejala ini bergantung pada tingkat keparahan cedera yang dialami, ukuran, dan lokasi hematoma.
Beberapa gejalanya, antara lain kehilangan atau perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala, bicara melantur, perubahan kepribadian, napas yang abnormal, kesulitan berjalan, dan satu sisi tubuhnya melemah.
Gejala-gejala tersebut dapat segera muncul atau beberapa minggu setelah mengalami cedera kepala. Namun, ada pula beberapa orang yang terlihat baik-baik saja usai mengalami cedera dan baru merasakan gejala itu lambat laun.
Bagi Anda yang merasa mengalami gejala serupa, segera periksakan diri ke dokter. Nantinya, dokter memberikan penanganan yang tepat. Semoga bermanfaat!
Editor: Ranto Rajagukguk