Alasan Gen Z Melakukan Career Catfishing hingga Jadi Tren di Dunia Kerja

career catfishing
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Fenomena career catfishing kian marak di kalangan Gen Z dan milenial muda. Istilah ini merujuk pada tindakan menerima tawaran kerja, kemudian menghilang tanpa jejak sebelum hari pertama bekerja.

Sebuah studi terbaru yang dikutip oleh Fortune mengungkap bahwa 21% pelaku melakukannya hanya karena tantangan dari teman. Namun, apa sebenarnya yang mendorong Gen Z melakukan hal ini?

Banyak di antara mereka yang merasa lelah setelah menjalani proses rekrutmen panjang, mulai dari wawancara hingga tes keterampilan. Namun, alih-alih memulai pekerjaan baru begitu diterima kerja, mereka justru memblokir nomor atasan dan menghindari tanggung jawab.

BACA JUGA: 6 Tips Mencegah Revenge Quitting di Tempat Kerja

Keputusan untuk meng-ghosting perekrut biasanya terjadi karena Gen Z mulai kehilangan minat terhadap pekerjaan yang ditawarkan setelah melewati proses rekrutmen yang panjang. Bahkan, ada pula yang merasa sudah cukup puas dengan pengalaman wawancara saja.

Selain itu, karakteristik Gen Z yang cenderung memprioritaskan kepuasan dan kesejahteraan diri juga memicu maraknya fenomena career catfishing. Besar kemungkinan mereka mundur dari pekerjaan hanya karena “tidak merasa cocok” atau “tidak menyukai suasana kerja.”

“Gen Z lebih mengutamakan idealisme dan kepuasan pribadi. Mereka bisa saja mundur hanya karena merasa kurang cocok dengan suasana kerja,” kata Michiell Malit, salah satu peneliti studi tersebut.

Menurut PapersOwl, fenomena ini tak hanya dilakukan oleh Gen Z, tetapi juga oleh milenial muda. Bedanya, milenial cenderung lebih terencana dalam memilih pekerjaan.

Mereka mungkin melakukan career catfishing karena ingin mengasah keterampilan wawancara atau karena sudah mendapatkan tawaran yang lebih baik.

BACA JUGA: Usai Quiet Quitting, Kini Muncul Fenomena Soft Quitting di Tempat Kerja

Tren Budaya Kerja Lainnya

Selain career catfishing, banyak pekerja muda yang juga menerapkan trik lain untuk mendapat fleksibilitas kerja. Beberapa di antaranya coffee badging (memindai kartu akses kantor lalu pulang tanpa bekerja) dan quiet vacationing (mengambil libur tanpa izin).

Dari 2.000 pekerja muda yang disurvei, setengahnya mengaku pernah melakukan quiet vacationing dalam setahun terakhir. Alasan utama mereka melakukannya, antara lain kelelahan (52%), tidak bisa mengambil cuti di musim liburan (30%), urusan keluarga (36%), atau kebijakan perusahaan yang minim cuti (32%).

Sementara itu, banyak pekerja yang melakukan coffee badging untuk menghindari aturan wajib kembali ke kantor. Bahkan, hampir separuhnya mengaku melakukan hal tersebut supaya tidak perlu berinteraksi dengan rekan kerja.

Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak pekerja muda menganggap “menipu” perusahaan sebagai sesuatu yang wajar. Sebanyak 95% dari mereka mengaku pernah melakukannya dalam berbagai bentuk, mulai dari pulang lebih awal, tidur saat jam kerja, hingga menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas.

Bagaimana pendapat Anda mengenai tren di dunia kerja yang satu ini?

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS