DeepSeek AI, perusahaan rintisan (startup) asal Cina menjadi sorotan lantaran dua model open-source-nya yang mengguncang industri kecerdasan buatan. Korea Selatan (Korsel) dan sejumlah negara pun mulai mengambil langkah tegas dengan melarang penggunaan teknologi kecerdasan buatan ini.
The New York Times melaporkan bahwa Komisi Perlindungan Informasi Pribadi Korea Selatan (PICP) mengumumkan penghapusan aplikasi chatbot DeepSeek dari Google Play dan App Store. Langkah ini diambil karena DeepSeek tak memenuhi standar perlindungan data pribadi yang berlaku di Negeri Ginseng.
“Atas permintaan PICP, DeepSeek pun setuju untuk menangguhkan ketersediaan aplikasinya di dua platform tersebut,” tulis The New York Times, dikutip Selasa (18/2/2025),
Meski begitu, pengguna yang telah mengunduh aplikasi tetap bisa menggunakannya dan akses melalui browser internet masih tersedia. Jika DeepSeek dapat membuktikan kepatuhannya terhadap standar perlindungan data negara tersebut, larangan ini bisa saja dicabut.
BACA JUGA: Cara Mengubah Tema Chat di WhatsApp agar Jadi Lebih Berwarna
Tak cuma Korsel, beberapa negara lain juga mulai membatasi penggunaan DeepSeek. Australia dan Taiwan sudah lebih dulu mengambil tindakan pencegahan dengan melarang pegawai pemerintah menggunakan aplikasi ini.
Sementara itu, beberapa lembaga di Amerika Serikat (AS), termasuk NASA dan Angkatan Laut, juga mulai menerapkan pembatasan terhadap aplikasi dan situs web DeepSeek.
Di Eropa, Italia sudah memerintahkan DeepSeek untuk membatasi pemrosesan data pengguna. Badan perlindungan data negara tersebut, Garante, tengah menyelidiki apakah DeepSeek telah memenuhi standar perlindungan data Uni Eropa (GDPR).
BACA JUGA: Deretan Fitur Line yang Pamit dari Indonesia, Terbaru VOOM
Alasan di Balik Larangan DeepSeek
ZDNET menilai bahwa larangan terhadap DeepSeek ini mengingatkan pada langkah serupa yang pernah diambil terhadap ChatGPT usai peluncurannya pada tahun 2022. Larangan tersebut juga berkaitan dengan masalah kebocoran data dan keamanan.
Kekhawatiran terhadap DeepSeek sendiri semakin meningkat usai perusahaan keamanan siber Feroot Security menemukan bahwa kode DeepSeek mengarahkan data pengguna ke perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintah Tiongkok.
Salah satunya China Mobile, yang telah lama dilarang beroperasi di AS karena alasan keamanan. Tak berhenti di situ, beberapa perusahaan keamanan juga merekomendasikan agar organisasi melarang unduhan aplikasi DeepSeek karena sistem enkripsinya dianggap lemah.
Menanggapi larangan yang diterapkan di berbagai negara, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok selalu diwajibkan untuk mematuhi hukum di negara tempat mereka beroperasi.
“Kami juga berharap berharap negara-negara terkait menghindari pendekatan yang menggeneralisasi dan mempolitisasi isu ekonomi, perdagangan, dan teknologi,” tegasnya.
Editor: Tri Kurnia Yunianto