Di tengah persaingan bisnis yang makin ketat, banyak pemasar cenderung fokus pada marketing, promosi, dan penjualan tanpa menyadari pentingnya membangun fondasi brand yang kuat. Padahal, tanpa strategi branding yang kokoh, semua upaya pemasaran lainnya tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Menurut Panji Pramono Aji, PPC Specialist Marketeers, perjalanan konsumen tidak sekadar berhenti pada penjualan, melainkan dimulai dari membangun kesadaran hingga menciptakan loyalitas. Dalam dunia bisnis yang dinamis dan terus berubah, pemasaran sering kali terjebak pada siklus jangka pendek, yakni bagaimana meningkatkan penjualan secepat mungkin.
BACA JUGA: Multisensory Marketing: Strategi Bikin Brand Makin Diingat Konsumen
Namun, Panji menyoroti bahwa strategi ini memiliki kelemahan mendasar jika tidak diiringi dengan upaya membangun brand yang berkelanjutan.
“Banyak pemasar yang lupa membangun brand dan hanya fokus pada marketing, promotion, serta sales,” kata Panji saat Roadshow Campus Marketeers Club (CMC) di Universitas Airlangga Surabaya.
BACA JUGA: MarkPlus Analysis: Harga dan Brand Jadi Kunci Growth Pasar Otomotif
Padahal, tanpa adanya brand yang kuat, kepercayaan konsumen tidak akan terbentuk, dan produk bisa kalah bersaing dengan kompetitor yang lebih dulu dikenal. Menurut Panji, perjalanan konsumen di dunia digital dapat digambarkan melalui marketing funnel, yang melibatkan lima tahapan krusial.
Pertama awareness. Pada tahap awal ini, konsumen mulai mengenal produk atau layanan yang ditawarkan. Tanpa strategi branding yang efektif, produk mungkin hanya dilihat sekilas tanpa meninggalkan kesan.
Kedua consideration, setelah konsumen mengenal produk, barulah mereka mulai mempertimbangkan apakah produk tersebut layak untuk dibeli. Di sinilah pentingnya memperkuat brand agar dapat meyakinkan konsumen.
Ketiga conversion. Pada tahap ini, konsumen akhirnya melakukan pembelian atau berlangganan layanan yang ditawarkan. Keempat retention, setelah membeli, konsumen yang puas akan cenderung kembali dan menjadi pelanggan setia.
Terakhir advocacy. Pada puncaknya, konsumen yang telah menjadi loyalis akan merekomendasikan produk secara sukarela kepada orang lain.
“Ketika mereka sudah senang dengan produk kita, mereka akan menjadi advokat merek yang mempromosikan brand secara cuma-cuma,” ucap Panji.
Melewatkan Branding Bisa Merugikan Bisnis
Panji menegaskan jika pemasar langsung melompat ke tahap promosi dan penjualan tanpa terlebih dahulu membangun brand, hasilnya tidak akan optimal.
“Ketika kita melewatkan strategi branding, brand kita akan lemah. Konsumen belum percaya pada produk kita karena mereka belum mengenal reputasinya,” ujarnya.
Dalam kondisi ini, meskipun strategi promosi dijalankan dengan intensif, konsumen tetap akan cenderung memilih kompetitor yang memiliki brand lebih kuat. Contoh sederhana yang diberikan Panji adalah preferensi konsumen dalam memilih smartphone.
“Ketika ada dua produk smartphone, satu lebih murah dengan fitur yang lebih canggih, dan satu lagi lebih mahal tetapi fiturnya biasa saja, konsumen sering kali memilih yang lebih mahal. Mengapa? Karena branding yang kuat membuat produk tersebut dianggap sebagai barang mewah,” tuturnya.
Persepsi inilah yang menciptakan nilai tambah, yang mana konsumen merasa status sosial mereka meningkat dengan memiliki produk tersebut.
Memanfaatkan Teknologi dan Pengalaman Konsumen
Seiring dengan perkembangan teknologi, strategi branding juga perlu beradaptasi. Panji mengungkapkan masa depan branding akan sangat bergantung pada pemanfaatan teknologi, seperti AI dan analytics untuk memahami perilaku konsumen secara lebih mendalam.
Selain itu, affiliate content, community live streaming, dan immersive experience akan menjadi kunci untuk menciptakan keterlibatan yang lebih intens dengan audiens.
“Di masa depan, konten sosial media harus lebih interaktif dan personal. Penggunaan AI untuk analisis data bisa membantu brand memahami kebutuhan konsumen secara real-time, sedangkan konten livestreaming dapat menciptakan pengalaman yang lebih dekat dan autentik,” ujar Panji.
Selain teknologi, membangun komunitas juga menjadi strategi yang efektif untuk memperkuat brand. Konsumen saat ini tidak hanya mencari produk yang bagus, tetapi juga brand yang memiliki nilai dan visi yang sejalan dengan mereka.
Dengan menggabungkan strategi digital yang tepat, bisnis dapat membangun komunitas yang solid dan loyal. Dalam dunia bisnis modern, branding bukanlah langkah opsional, melainkan kebutuhan fundamental untuk mencapai keberlanjutan. Pemasar perlu memahami bahwa pemasaran, promosi, dan penjualan tidak akan efektif tanpa fondasi brand yang kuat.
“Branding adalah tentang menciptakan kepercayaan dan membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen,” kata Panji.
Editor: Ranto Rajagukguk