Alasan Milenial Kudu Nonton Mahabarata Ala Teater Koma

marketeers article

Dunia wayang dan milenial sering dianggap sebagai dua dunia yang terpisah jarak sangat lebar. Pasalnya, banyak yang menganggap dunia pewayangan itu dunianya orang tua. Sedangkan milenial lebih senang menikmati hiburan-hiburan kekinian. Namun, hal itu ditampik oleh Nano Riantiarno, penulis naskah dan sutradara Teater Koma.

“Kalau orang muda sangat menggandrungi Thor dan produksi Marvel, mengapa juga tidak menyukai kisah-kisah wayang seperti Mahabarata? Lakon Mahabarata kali akan dipentas sedemikian menarik dengan kolaborasi antara musik, cerita, kostum, hingga animasi yang kekinan,” ujar Nano dalam konferensi pers di Sanggar Teater Koma, Bintaro, Rabu (7/11/2018).

Foto: Sigit Kurniawan | Marketeers

Teater Koma akan mementaskan lakon “Mahabarata: Asmara Raja Dewa” pada 16-25 November 2018 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Setelah menggelar Gemintang yang bertema fiksi ilmiah pada Juni dan Juli yang lalu, Teater Koma kembali hadir dengan mengangkat kisah kehidupan para dewa dan wayang. Pentas kali ini juga merupakan pembuka bagi semesta lakon-lakon Mahabarata lainnya.

Senada dengan Nano, Adi Pardianto dari Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan kisah-kisah wayang tak kalah menarik dari kisah-kisah lainnya yang saat ini digandrungi anak muda. Adi mengatakan, kalau melihat YouTube, viewer video-video yang mengangkat cerita wayang cukup banyak. Dan, pentas Teater Koma ini akan dikemas sedemikian menarik dengan sentuhan modern, baik dalam musik maupun koreografinya yang sarat multimedia.

“Kisah ini pantas ditonton oleh anak-anak muda. Apalagi kisah wayang memuat ajaran yang luar biasa. Wayang akan mengajari kita untuk melihat dunia tidak hitam putih. Anak-anak muda saat ini suka dengan kisah-kisah fantastis. Dan, kisah-kisah fantastis ini ada banyak dalam kisah-kisah lokal Indonesia,” ujar Adi.

Sementara, Ratna Riantiarno menambahkan bahwa 70% pemain dan musisi Teater Koma adalah anak muda. “Bisa dibayangkan bagaimana anak-anak muda ini tampil dengan gaya mereka. Yang tua, paling cuma kami-kami saja,” kata Ratna.

Singkat cerita, pementasan ini sendiri bercerita tentang Rajadewa, Batara Guru, dalam menjaga kedamaian Tiga Dunia, yakni Mayapada (dunia atas), Madyapada (dunia gelap), dan Marcapada (dunia bawah) yang selalu diusik oleh penghuni Dunia Gelap. Apakah Batara Guru mampu melindungi Tiga Dunia? Apakah kaum Wayang akan termakan provokasi dan hasutan jahat? Jawabannya bisa ditemukan pentas ini.

Related

award
SPSAwArDS