QNB Group baru saja menerbitkan laporan Indonesia Economic Insight 2016. Laporan tersebut mengkaji perkembangan terakhir dan prospek perekonomian Indonesia seiring dengan langkah pemerintah untuk melakukan reformasi guna mendorong investasi dan pemulihan harga komoditas agar dapat meningkatkan pertumbuhan.
Menurut laporan tersebut yang dikutip dari keterangan medianya, pertumbuhan PDB riil naik menjadi 5,0% year-on-year pada semester I 2016 dari 4,8% pada tahun 2015, terutama sebagai hasil dari upaya-upaya pemerintah untuk mendorong program infrastruktur melalui investasi.
Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan melambat pada semester kedua 2016 dikarenakan pendapatan yang melemah serta adanya batas atas defisit anggaran yang cenderung memaksa pemerintah untuk membatasi pengeluaran.
Untuk tahun 2017-18, QNB Group memproyeksikan pertumbuhan akan mencapai 5,5% di kedua tahun tersebut karena berlanjutnya reformasi untuk mendorong investasi, harga-harga komoditas yang lebih tinggi serta sebagai penurunan suku bunga pada tahun 2016 yang memungkinkan Indonesia dapat mendorong pertumbuhan.
Defisit transaksi berjalan akan sedikit membengkak pada tahun 2017-2018 karena harga minyak yang lebih tinggi. Perlu diingat, Indonesia merupakan negara pengimpor minyak. Sementara, harga ekspor komoditas Indonesia lainnya diperkirakan tidak akan meningkat secara signifikan untuk mengimbangi hal tersebut.
Selain itu, pertumbuhan PDB yang lebih tinggi akan mendorong permintaan impor sementara permintaan eksternal terhadap komoditas ekspor Indonesia akan terhambat oleh perlambatan ekonomi Cina.
QNB Group memperkirakan arus modal masuk akan menutup defisit transaksi berjalan selama 2016-18 seiring dengan peningkatan pertumbuhan dan kemajuan dalam program-program investasi infrastruktur akan dapat mempertahankan kepercayaan investor kepada Indonesia.
Pendapatan yang lebih rendah dari yang diharapkan kemungkinan dapat mengakibatkan defisit fiskal mendekat batas atas sebesar 3% dari PDB pada tahun 2016, yang membuat terjadinya pembatasan belanja.
Pada periode tahun 2017-2018, pendapatan akan mengalami pemulihan karena amnesti pajak pada tahun 2017 dan kenaikan secara bertahap harga-harga komoditas di kedua tahun tersebut.
Defisit ini masih terkendali karena utang publik rendah (28,1% dari PDB pada tahun 2016) dan akan stabil sebagai bagian dari PDB pada tahun 2017-2018 karena pertumbuhan PDB nominal yang kuat.
Pertumbuhan sektor perbankan telah melambat pada tahun 2016 sementara kredit bermasalah yang lebih tinggi (nonperforming loan/NPL) menekan keuntungan.
Pertumbuhan kredit dan deposito akan meningkat pada tahun 2017, tetapi likuiditas yang ketat bisa membatasi pinjaman pada tahun 2018.
Profitabilitas bank akan tetap tinggi selama tahun 2017-2018 karena QNB Group memproyeksikan kualitas aset akan membaik seiring dengan peningkatan pertumbuhan.