Tak banyak rumah bersalin yang berkembang menjadi sebuah rumah sakit besar. Mungkin satu-satunya contoh adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Hermina. Hadir dari sebuah rumah bersalin yang terletak di Jatinegara, Jakarta pada tahun 1967, Hermina kini beranak-pinak membawahi 21 rumah sakit yang tersebar di Indonesia. Namun, 30 tahun berselang, Hermina melakukan repositioning menjadi Rumah Sakit Umum (RSU). Apa alasannya?
Senior Manager of Health Services Cooperation Hermina Hospital Group Muhammad Narussalam mengatakan, sebenarnya sudah tiga tahun Hermina melakukan repositioning menjadi RSU. Alasannya, Hermina melihat kebutuhan pasien untuk perawatan umum semakin meningkat. Hingga kini, 16 dari 21 rumah sakit Hermina telah berstatus RSU. Sedangkan dua dari lima sisanya akan melakukan transformasi serupa pada tahun ini.
“Kendati sebagian besar telah menjadi RSU, namun nadi kami masih di perawatan ibu dan anak. Karena itulah spesialisasi kami yang membuat kami berbeda dari rumah sakit lain,” katanya di acara Marketeers Industry Insight Live Show, beberapa waktu lalu.
Alam melanjutkan, meski berubah, hingga saat ini pihak Hermina masih enggan untuk mengubah logo yang sudah menjadi identitasnya. Paling katanya, Hermina hanya menyisipkan kata RSU di samping logonya. Untuk urusan promosi, Hermina lebih menggunakan jalur media dan mitra asuransinya untuk mengomunikasikan transformasi tersebut.
“Poin-poin awareness juga kami lakukan di tanda penunjuk jalan, dan pada saat kami melakukan ajang promosi, event, bahkan juga melalui SMS gateway,” paparnya.
Alam bilang, pasien yang berkunjung ke Hermina kini telah didominasi oleh mereka yang ingin melakukan perawatan umum. Ini membuktikan bahwa kebutuhan masyarakat akan rumah sakit untuk segala jenis penyakit itu kian meningkat. Apalagi, pasar yang dibidik Hermina berada di kelas gemuk, alias SES C dan B. “Transformasi kami juga dibarengi dengan pembaharuan pelayanan, baik dari segi jumlah kamar, dan jumlah dokter. Dari 21 rumah sakit kami, rata-rata per unitnya ada 80 dokter spesialis,” katanya.
Quantum Leap
Selain tengah sibuk melakukan transformasi, RS Hermina juga sibuk melakukan quantum leap atau percepatan pembangunan rumah sakit baru. RS yang diprakarsai Hermina Sulaiman ini mencanangkan akan memiliki 40 unit rumah sakit di seluruh Indonesia hingga tahun 2020. Artinya, dengan jumlah rumah sakit yang dimilikinya saat ini, Hermina mesti membangun 19 rumah sakit dalam kurun waktu lima tahun.
“Kami biasanya membangun tiga hingga empat rumah sakit selama setahun. Rata-rata pembangunannya cukup cepat, yaitu delapan bulan sudah soft opening. Tahun ini, kami akan buka satu Rumah Sakit Umum di Yogyakarta. Sebagian besar, kami akan membangun RSU ketimbang RSIA. Namun itu kembali lagi kepada kebutuhan pasar,” jelas dokter umum ini.
Dalam melakukan quantum leap ini, Hermina tidah melulu membangun rumah sakit baru. Layaknya rumah sakit lain, Hermina melakukan akuisisi kepada sejumlah rumah sakit daerah atau rumah sakit kecil. Akuisisi itu mencakup perubahan fisik rumah sakit, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan improvisasi pelayanan yang sesuai dengan standar Hermina. Ini katanya, juga salah satu cara tercepat dalam melebarkan jaringan rumah sakit.
“Ada rumah sakit yang meminta bergabung, Namun, kami amati prospek dan komitmennya. Jika sesuai, kami lihat lagi potensi pasar di sana dan ketersediaan SDM yang mencukupi di daerah itu. Sebab, cari dokter sekarang sulit. Penambahan dokter tak sebanding dengan pertumbuhan rumah sakit. Belum lagi dengan tenaga kerja profesional lainnya, seperti ahli terapi, ahli anestesi, dan ahli elektromedik,” ungkap dokter yang juga menyelami ilmu marketing ini.
Hermina kini tersebar di Jabodetabek, Serang, Sukabumi, Bandung, Semarang, Malang, Palembang, dan segera di Yogyakarta. Ke depan, Hermina berencana membuka rumah sakit umum di Makassar, Padang, dan Medan mulai tahun depan.