Dianggap gagal menelurkan e-commerce Alfacart, tak lantas membuat PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, operator Alfamart enggan untuk melakukan terobosan teknologi. Tahun ini, Alfamart melakukan grand launching salah satu unit bisnisnya yang telah dirintis dua tahun silam, Alfamind. Apa itu?
Alfamind merupakan toko virtual di mana pengguna atau store owner dapat memiliki toko Alfamart tanpa harus membangun toko tersebut secara fisik. Store owner tak perlu repot memikirkan stok dan distribusi barang, sebab hanya bermodalkan piranti cerdas (smartphone), mereka dapat menjual produknya langsung ke konsumen.
Presiden Direktur Alfamart saat ditemui Marketeers di sela-sela peluncuran Alfamind Rabu, (28/2/2018) mengatakan, grand launching Alfamind merupakan pembaharu dari seri sebelumnya. Selama setahun berjalan, ia melihat aplikasi yang dikembangkan dianggap terlalu berat bila dijalankan di smartphone sederhana dengan RAM 1 GB.
“Target kami adalah para ibu-ibu untuk membantu menambah penghasilan dan perekonomian mereka. Banyak dari mereka memiliki smartphone sederhana, sehingga kami memutuskan untuk meluncurkan versi light (ringan)-nya” kata dia
Alfamind merupakan bisnis digital yang dikembangkan oleh induk perusahaan dalam meningkatkan skala bisnis sekaligus menggenjot penjualan. Saat ini, Alfamind telah memiliki 3.500 store owner yang menjual produk UMKM dari 120 pemasok yang diseleksi oleh Alfamart.
Agar tak mendisrupsi bisnis Alfamart yang menjual produk kebutuhan sehari-hari, Alfamind fokus menjual produk-poduk UMKM berupa fesyen dan perabot rumah tangga, seperti panci dan piring. Hanya bermodalkan Rp 1.000.000 untuk deposito yang bisa digunakan untuk berbelanja produk, store owner bisa langsung memiliki toko Alfamart.
Untuk versi aplikasi yang lebih canggih, store owner bisa menunjukkan kepada konsumennya tentang toko virtual yang dimilikinya. Mengadopsi teknologi AR (augmented reality), pengguna seakan-akan masuk ke dalam toko Alfamart dengan deretan rak dan kasir.
“Alfamind adalah visi kami menjadi jaringan distribusi ritel yang berorientasi pada pemberdayaan pengusaha kecil. Ibarat sistem jemput bola, kami membawa toko kami ke hadapan konsumen,” ujar dia seraya mengatakan store owner-nya tersebar di Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan Bali.
Dengan Alfamind, lanjut Hans, produk UMKM yang selama ini diam di dalam toko, bisa bergerak karena ada store owner yang bekerja sebagai sales person. Mereka akan menjajakan produknya ke banyak orang.
Di saat yang sama, Viendra Primadia, Virtual Store General Manager Alfamind menjelaskan, Alfamind merupakan solusi pemerataan ekonomi melalui digital di mana semua orang berkesempatan memiliki toko ritel, tanpa harus membangun toko tersebut.
Apalagi, tidak semua orang bisa memiliki modal besar membangun usaha ritel. Belum lagi dengan regulasi yang membatasi ritel modern untuk berkembang di berbagai daerah nusantara.
Ia juga bilang bahwa dari segi basket size, penjualan Alfamind lebih besar sekitar Rp 120.000, sementara basket size Alfamart Rp 30.000an. Namun, dari segi frekuensi pembelian, Alfamind masih lebih kecil. “Karena tidak setiap hari orang membeli produk fesyen. Kami akan kembangkan beberapa varian produk UMKM yang lebih beragam,” kata dia.
Store owner sebenarnya juga bisa menjual produknya di Alfamind, asalkan mereka mendaftar sebagai mitra UKM binaan Alfamart. “Kami juga memberikan sistem referral, di mana store owner bisa menjaring tenaga penjual lain yang menawarkan produk jualannya ke orang lain,” kata dia.
Untuk menggaungkan Alfamind di kalangan masyarakat, Alfamart melakukan roadshow ke beberapa kota nusantara, memberikan edukasi kepada target utama para ibu rumah tangga mengenai cara kerja Alfamind dan bagaimana ia mampu memberikan keuntungan.
Tetap offline
Meski telah meluncurkan Alfamart versi digital bertajuk Alfamind, tetap saja ritel ini masih berekspansi menambah jumlah gerai. Hanya saja, target gerai per tahun ini merosot dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Alfamart biasanya membuka 1.200 gerai baru dalam seathun. Akan tetapi, tahun 2018 target tertinggi hanya 800 gerai. Ini didasari karena offline store mulai memiliki persaingan yang ketat. Justru, yang menjadi target ke depan perusahaan adalah mendigitalisasi toko yang sudah ada.
Perusahaan kini tengah mengembangkan Alfa Mikro Application (AMA) yang merupakan fitur yang memungkinkan outlet binaan Alfamart memesan barang melalui smartphone.
Hingga akhir tahun 2017, Alfamart telah mengantongi 13.477 gerai. Alfamart juga melakukan ekspansi ke Filipina dengan membuka sebanyak 350 unit gerai. “Tak ada target berapa banyak store owner yang kami kejar. Namun logikanya, dalam setahun jumlah pemilik Alfamind harus bisa melebihi toko fisik Alfamart,” tutup Viendra.
Editor: Sigit Kurniawan