Amazon.com Inc berencana kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) demi efisiensi bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi. Kali ini, perusahaan e-commerce tersebut memangkas sebanyak 9.000 pekerja.
Awal tahun lalu, jumlah PHK pekerja Amazon mencapai 18.000 karyawan. Dilansir dari Reuters, Selasa (21/3/2023), Amazon memangkas 27.000 pekerja dalam beberapa bulan terakhir, atau sekitar 9% dari total 300.000 tenaga kerja.
Kebijakan PHK ini berfokus untuk divisi cloud dan periklanan Amazon yang justru menghasilkan keuntungan besar. Namun, pelanggan Amazon memangkas pengeluarannya sehingga memengaruhi bisnis cloud dan periklanan Amazon.
BACA JUGA: Amazon Wajibkan Karyawan Bekerja di Kantor 3 Hari dalam Sepekan
PHK ini juga menyasar ke unit usaha streaming Amazon, Twitch. Clancy, CEO Twitch yang baru ditunjuk pekan lalu menuturkan platform ini akan memberhentikan lebih dari 400 pekerja.
Dari kebijakan itu, saham Amazon merosot 1,8% pada akhir perdagangan, Senin (20/3/2023) waktu setempat. Gelombang PHK ini menambah daftar perusahaan teknologi yang melakukan kebijakan serupa. Microsoft Corp dan Alphabet Inc telah melakukan PHK terhadap sebagian besar pekerja yang direkrut saat Pandemi COVID-19.
“Saya rasa tidak berarti banyak bagi perusahaan-perusahaan lain, kecuali bahwa mereka akan berhati-hati sebelum membiarkan jumlah karyawan mereka membengkak di masa depan,” kata Michael Pachter, analis Wedbush Securities.
BACA JUGA: CEO Amazon: Kami Akan PHK Lebih dari 18.000 Pegawai
Pekan lalu, induk Facebook, Meta Platforms Inc bakal memangkas 10.000 pekerja tahun ini. Dengan demikian, ini menjadi putaran kedua PHK di sektor tersebut setelah adanya pemangkasan lebih dari 11.000 pekerja pada tahun 2022.
Andy Jassy, CEO Amazon dalam memonya kepada pekerja menjelaskan keputusan PHK berasal dari analisis berkelanjutan mengenai prioritas dan ketidakpastian mengenai ekonomi.
“Beberapa orang mungkin bertanya mengapa kami tidak mengumumkan pengurangan peran ini bersamaan dengan yang kami umumkan beberapa bulan lalu. Jawaban singkatnya adalah bahwa tidak semua tim selesai dengan analisis mereka pada akhir musim gugur,” ucapnya.
“Mengingat kondisi ekonomi yang tidak menentu, dan ketidakpastian yang ada dalam waktu dekat, kami telah memilih untuk lebih efisien dalam biaya dan jumlah karyawan,” Jassy melanjutkan.
Bulan lalu, Amazon memprediksi laba operasional akan terus merosot pada kuartal pertama tahun ini. Hal itu akibat penurunan pendapatan serta konsumen dan pelanggan cloud yang mengurangi pengeluaran.