PT Astra Honda Motor berambisi membuat motor listrik sejuta umat, dimulai dari peluncuran unit EM1 e: miliknya. Impiannya, perusahaan ingin merajai pasar kendaraan listrik roda dua.
Istilah motor sejuta umat adalah istilah yang diberikan banyak orang untuk kendaraan roda dua yang dimiliki kebanyakan orang. Motor sejuta umat hingga kini masih dipegang oleh dua merek motor, yakni Honda Beat dan Yamaha Mio.
Ingin mengulang kembali kesuksesan Honda Beat di ranah elektrifikasi, AHM perlahan mulai membangun merek kendaraan listriknya. Motor EM1 milik Honda masuk ke pasar kendaraan listrik roda dua di Indonesia setelah jamak merek kendaraan listrik asal Cina yang masuk.
Marketing Director AHM Octavianus Dwi Putro optimistis perusahaan masih on track menuju ambisi tersebut. Ungkapnya, perusahaan ingin membuat motor listrik seharga Honda Beat.
“Kalau sekarang kan belum ke sana. Tapi menuju lah,” katanya di Cikarang saat jumpa dengan wartawan, Kamis (21/12/2023).
BACA JUGA: Para Pebalap Binaan AHM Siap Tampil di Seri Kelima IATC
Kendala menjadi motor listrik sejuta umat bagi EM1 tentu adalah harga. Setelah mendapat subsidi, harga motor listrik Honda ini di angka Rp 33 juta.
Berbanding dengan pabrikan motor listrik asal Cina, harganya tentu berbanding jauh. Selain tidak hanya ada satu merek saja, motor listrik asal Cina juga memiliki unit dengan variasi harga yang beragam.
Produksi unit dengan komponen dari dalam negeri tentunya menjadi salah satu celah untuk menurunkan biaya produksi. Sehingga, hal tersebut memungkinkan untuk AHM menjual motor listrik dengan harga yang lebih murah.
“Kami mengejar kualitas bagi konsumen sekaligus value-nya. Value kan bicara uang dan benefitnya. Itu kami kejar,” kata pria yang karib disapa Octa.
Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang dicapai oleh EM1 mencapai 40%. Executive Vice President Director AHM Thomas Wijaya menjelaskan bahwa tingkat persentase komponen dalam negeri dibagi menjadi beberapa bagian.
BACA JUGA: AHM Umumkan Honda EM1 e: PLUS, Rilis Harga Baru Setelah Subsidi
Menurut penjelasan Thomas ada empat besar komponen yang diukur yakni R&D, assembly, baterai, dan komponen non baterai. “Dari sisi R&D, assembly, dan non baterai, EM1 mampu mencapai TKDN 40% karena tiga bagian tersebut,” ujar Thomas.
Peningkatan TKDN diyakini Octa “harusnya” mampu mengurangi biaya produksi. Dan menurut Thomas, perusahaan akan terus mengkaji dan mempelajari regulasi terkait TKDN dan komponennya.
Ambisi perusahaan mengisi kosongnya tahta motor listrik sejuta umat terlihat serius. Produksi motor listrik EM1 dilakukan di area Pegangsaan, Jakarta.
Kendati begitu, perusahaan tak ingin membeberkan kapasitas produksinya. Yang digemborkan adalah pembangunan ekosistem pendukung, yakni e: Shop yang kini sudah mencapai 660 dan ditargetkan mencapai 1.200 pada akhir tahun 2024.
Ambisi menjadi merek motor listrik sejuta umat semakin serius, terlihat dari roadmap yang dijelaskan perusahaan. Meski dirilis di penghujung tahun 2023, AHM merilis lagi dua unit kendaraan listrik pada 2024.
“Nanti kita lihat,” pungkas Octa.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz