Kementerian Komunikasi dan Informatika lewat Menteri Rudiantara akhir-akhir ini gemar membicarakan target lima tahun lagi atau sekitar tahun 2020 Indonesia akan punya 1.000 technopreneur. Mereka adalah pengusaha di bidang teknologi layaknya Nadiem Makarim di GO-JEK atau William Tanuwijaya di Tokopedia.
Akhirnya inisiasi itu menjadi sebuah gerakan yaitu Gerakan 1.000 Startup beberapa waktu lalu di Jakarta. Seperti dikutip dari Tech In Asia, program tersebut menargetkan setidaknya untuk menghadirkan pengusaha teknologi sebanyak itu pada 2020. Targetnya bukannya hanya sekedar “ada”, tapi juga memiliki valuasi senilai U$10 miliar total. Itu artinya setiap startup masing-masing harus memiliki valuasi US$10 juta atau setara Rp135 miliar.
Program itu aka berisikan berbagai kegiatan roadshow plus workshop, hackaton, bootcamp, sampai inkubasi di sepuluh kota di Indonesia. Dari Juni sampai September 2016, program akan take off mulai dari Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. Dari September sampai Desember, giliran Bandung, Semarang, dan Malang. Awal tahun depan program akan hadir di Medan, Pontianak, Denpasar, dan Makassar.
Kominfo bekerja sama dengan Kibar Kreasi, perusahaan yang khusus membangun ekosistem startup digital. Bentuknya adalah seseorang dengan potensi startup akan berpartisipasi lewat seminar wirausaha, membangun prototype, lalu kemudian ikut dalam program inkubasi. Dengan target setidaknya ada 200 startup tercipta dari 10 kota tersebut, sampai akhir 2020 akan ada setidaknya 1.000 startup.
Namun, kenyatan yang harus dihadapi adalah statistik yang mana persentasi sukses sebuah startup hanya 10% saja. Artinya, hanya sekitar 100 startup akan survive dari 1.000. Dengan target valuasi total US$10 miliar, 100 perusahaan itu kiranya akan bernilai masing-masing US$100 juta, atau Rp 1 triliun lebih. Menurut Silicon Valley, perusahaan dengan valuasi tersebut dikategorikan centaur.
Tech In Asia lalu membandingkan dengan program akselerasi lain di luar yang sudah sangat berpengalaman seperti 500 Startups. Mereka pun hanya mampu menciptakan puluhan saja jumlah startup bervaluasi centaur alias tidak sampai 100. Perhitungan lain adalah dari 1.000 startup itu setidaknya ada beberapa yang berhasil menjadi unicorn, startup bervaluasi lebih dari US$1 miliar atau sekitar Rp13,5 triliun, dan jika ditotal-total akan mencapai angka valuasi US$10 miliar.
Ambisius sekali memang karena dari data historis, Indonesia baru memiliki beberapa perusahaan dengan status unicorn. Seperti misal Traveloka dan Tokopedia diprediksi sudah menjadi perusahaan dengan valuasi di atas U$1 miliar. Database Tech In Asia sendiri menghitung setidaknya ada 2.262 startup berasal dari Indonesia.
Lalu, seperti apa peran pemerintah dalam hal ini Kominfo? Yang jelas mereka menegaskan tidak akan memberikan bantuan dana, tapi hanya berupa endorsement saja. Artinya, KIbar yang harus mencari sponsor untuk mendanai program ini, sekaligus bertanggungjawab dalam berbagai kegiatan sampai akses pendanaan startup-startup diinkubasi nantinya selama lima tahun ini.