Pusat perbelanjaan di kota besar seperti Jakarta sudah menjamur. Saat ini, banyak pusat perbelanjaan yang memfokuskan diri sebagai pusat dari sebuah budaya. Senayan City, misalnya, berambisi sebagai fashion hub di Indonesia. Bahkan, menurut Veri S Setiady selaku Vice President Director Agung Podomoro Land, Senayan City akan menjadi fashion hub di Asia Pasifik.
Bila menilik ke belakang, tentunya salah satu portofolio dari Agung Podomoro Land ini mempunyai cetak biru yang jelas untuk bisa menjadi fashion hub Asia Pasifik. Mall yang terletak di jantung Senayan ini telah berdiri sejak tahun 2006. Ratusan outlet dari beragam merek papan atas fesyen dunia hadir di Senayan City.
Pada saat dibangun, Veri menuturkan bahwa selama hampir 15 tahun di Jakarta kala itu belum ada lagi pusat perbelanjaan yang melayani segmen menengah atas dan berstatus sebagai world class. Oleh sebab itu, Agung Podomoro Land menawarkan konsep pusat perbelanjaan berkelas world class yang bisa memenuhi hasrat belanja kalangan menengah atas.
“Kami ingin membuat sebuah pusat ritel menjadi menarik bagi pengunjung. Untuk itu, dibutuhkan konsep mall dengan format yang baru. Akhirnya, kami mencoba menggabungkan antara fesyen dengan kuliner,” terang Veri dalam acara Ideafest di Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Veri menjabarkan bahwa segmen dari Senayan City terdiri dari empat kategori, yakni shopaholic, business, socialite, dan families. Ia juga menjelaskan bahwa dalam satu bulannya sekitar 2,5 juta pengunjung mendatangi Senayan City, total transaksi yang tercatat dalam satu bulannya berada pada kisaran angka Rp 65 miliar.
Ambisi menjadi fashion hub sudah dilakukan oleh Senayan City sejak 2007. Kala itu, Senayan City menjadi satu-satunya pusat perbelanjaan yang menggelar acara fesyen di dalam mall. Usaha yang dilakukan oleh Senayan City ini membuat sebuah standar baru dalam menggelar acara fesyen, terutama di dalam pusat perbelanjaan.
“Setelah itu, baru banyak mall lain yang ikut membuat acara fesyen. Secara tidak langsung kami turut merangsang industri fesyen di Indonesia,” imbuhnya.
Selama 10 tahun pula Senayan City menjadi kandang dari pagelaran fesyen internasional, seperti Jakarta Fashion Week. Tidak hanya itu, Senayan City juga turut berkolaborasi dengan gelaran fesyen lainnya. Sadar bahwa fesyen amat luas, Senayan City juga masuk ke ranah streetwear fesyen dengan turut menjadi tuan rumah dari gelaran Jakarta Sneakers Day. Dalam dua hari gelaran ini mengikat sebanyak 13 ribu pengunjung dengan total penjualan mencapai Rp5 miliar.
“Mall itu harus bisa menjadi pusat tren. Sekarang orang kalau ke Senayan City mau menjadi tren dengan menggunakan pakaian yang keren,” tandas Veri. Ia juga mengatakan bahwa layanan online commerce bukan merupakan sebuah ancaman selama mall masih mempunyai sisi kreatif untuk membuat orang untuk merasakan experience di mall.
Veri menegaskan bahwa di usia kesebelas ini, Senayan City harus tetap menjadi garda terdepan dalam urusan fesyen. Implementasi yang dilakukan dengan melakukan penataan ulang terhadap interior dan penambahan fasilitas. Baru-baru ini Senayan City meresmikan Delicae sebuah pusat kuliner yang menggantikan posisi pusat kuliner sebelumnya yang menurut Veri mirip dengan ‘kantin’ kala itu.
Senayan City juga ingin menambah deretan flagship store dan luxury brand yang berumah di Senayan City. Selain itu, juga akan ada penambahan tenant dari kalangan beauty product. Keinginan ini untuk terus mewujudkan ambisi Senayan City menjadi fashion hub di Asia Pasifik. “Ketika mall sudah jenuh, para tenant harus bisa satu visi dengan operator mall,” singkatnya.
Editor: Eko Adiwaluyo