Ancaman Resesi, Hino Motors Sales Indonesia Tetap Jalan Sesuai Plan
PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) mengaku cukup optimistis terhadap performa bisnis perusahaan, kendati kondisi ekonomi global di tengah ancaman menuju resesi. Pasar kendaraan niaga dinilai akan tetap bertumbuh dari beragam sektor.
Deputy General Manager GSO & BUS Division PT Hino Motors Sales Indonesia Anton Nugroho mengatakan perusahaan optimistis dan belum ada rencana untuk mengurangi produksi kendaraan niaga yang menjadi portfolio utama perusahaan. Selain itu, belum adanya arahan baru terkait resesi.
“Kami saat ini masih on track. Dari Hino, kami menyikapinya dengan sangat yakin sesuai dengan rencana produksi yang sudah direncanakan dari awal tahun,” ujarnya saat ditemui di Jakarta International Expo Kemayoran, Kamis (6/10/20220).
Alasannya, perusahaan masih sesuai dengan target penjualan yang sudah ditetapkan. Anton menjelaskan setidaknya perusahaan menjual kendaraan niaga dari berbagai segmen, dengan rata-rata penjualan 3 ribu unit per bulannya. Tambahnya, portfolio kendaraan niaga milik Hino Motors Sales Indonesia masih menguasai market share.
“Tahun ini, kami menargetkan sekitar 25.000 unti yang terjual. Paling banyak berkontribusi dari Ranger kategori tiga. Secara market share, kurang lebih mencapai 54% di Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, perusahaan membawa model kendaraan berupa EV dan lini Euro4 yang dibawa di ajang GIIAS 2022, antara lain Dutro Z dan produk terbaru Ranger FLX 280 JW (8×2). Varian terbaru Ranger FLX 280 JW mempunyai wheelbase lebih panjang, yakni 1.850 mm + 4.180 mm + 1.350 mm, demi meningkatkan kestabilan serta distribusi beban lebih merata. Dengan demikian, model ini dapat mengangkut lebih banyak beban sekaligus tetap mengikuti regulasi.
Penjualan kendaraan niaga milik perusahaan masuk ke dalam banyak segmen industri. Salah satunya adalah industri pertambangan dan perkebunan. Anton menjelaskan kedua segmen tersebut merupakan pendorong terbesar untuk penjualan kendaraan niaga milik perusahaan.
Segmen lain yang juga menjadi pendorong penjualan yakni logistik dan transportasi. Segmen ini masih mengimbangi pertambangan dan perkebunan dalam taraf yang cukup ketat.
“Masih banyak dari sektor pertambangan dan perkebunan. Pertambangan dan perkebunan kontribusinya sekitar 30 sampai 35%. Kalau logistik di bawah, sekitar 25%, sisanya seperti consumer goods,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz