Seru sekali diskusi dengan para marketing enthusiasts yang hadir pada saat Jayapura Marketeers Festival kamis (13/6/13) lalu. Banyak yang hadir antara lain para juara pemasaran lokal, kalangan pemerintah, akademisi dan mahasiswa dari Universitas Cendrawasih yang semua berdialog dengan Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc) tentang memasarkan Papua.

Salah satu tamu istimewa yang hadir adalah Kapolda Papua, Irjen Pol Tito Karnavian, Ph.D, yang memaparkan situasi politik, ekonomi, dan sosial di Papua saat ini.
Diungkapkan oleh Tito, Papua mungkin satu-satunya daerah di Indonesia yang masih punya isu konflik vertikal dan juga horisontal. Namun meskipun demikian, rasa aman kini semakin ada dan dijaga. Menurut Tito, tanpa rasa aman, pembangunan tidak akan berjalan.
Selama ini empat konflik horisontal yang sering bermunculan di Papua antara lain konflik pemilukada, konflik orang lokal lewat perang suku, konflik antara pendatang dan penduduk asli, konflik antara investor dengan penduduk. Makanya membangun kesejahteraan yang jadi penting untuk masyarakat Papua.
Hingga awal 2000an, pembangunan di daerah Papua memang lebih lambat dibanding daerah lain. Namun kini semua telah berubah. Lewat undang-undang pemerintah nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Daerah Papua, memberikan banyak sekali privileges dalam segi politik, ekonomi, dan sosial budaya bagi wilayah Indonesia bagian timur ini.
Dijelaskan oleh Tito, dana yang mengalir ke Papua luar biasa besar. “Tahun 2013 ini untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat ada dana total sekitar Rp 61 Triliun yang dibagikan untuk provinsi dan 44 kota/kabupaten . Masih ada pula tambahan dana otsus sebesar Rp 33 Triliun di mana provinsi mengelola sekitar Rp 7 Triliun dan Kementerian mengelola Rp 26 Triliun” ujar Kapolda bekas jebolan Densus 88 ini.
Ditambahkannya, rasio antara anggaran pemerintah dengan jumlah penduduk, terbesar dan terbaik adalah Papua. “Jakarta APBD-nya di bawah Rp 70 triliun untuk 15 juta penduduk. Kemudian Jawa Barat atau Jawa Timur yang penduduknya lebih banyak lagi namun anggaran tidak sampai Rp 70 triliun. Di Papua, Rp 61 Triliun plus dana Otsus Rp 33 Triliun untuk penduduk yang jumlahnya hanya 4 juta orang” jelas Tito.
Uang pusat memang mengalir deras ke Papua. Kepala daerah setempat pun sampai bingung bagaimana menghabiskannya. “Contohnya Kabupaten Ilaga 60 ribu 900 miliar. Sisa tahun lalu 300 miliar. Masih ada enam bulan, saya tanya ke bupatinya bagaimana menghabiskan Rp 1.2 Triliun? Beliau pun tidak tahu” cerita Tito.
Setelah diangkat jadi Kapolda bulan September 2012 lalu, Tito mengaku sudah menjelajahi hampir seluruh 44 kabupaten. “Belum pernah ada tanah yang saya lihat tandus” kata perwira polisi lulusan Phd dari Rajaratnam School of Government di Singapura ini.
Meski banyak melihat dana yang mengalir untuk pemberdayaan masyarakat asli Papua, Tito memperingatkan bahwa affirmative action seperti ini hanya berhasil dalam short-term. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembangunan jiwa entrepreneurship masyarakat lokal Papua adalah kunci untuk perekonomian Papua yang solid dan sustainable.
Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc) yang hadir di Jayapura Marketeers Festival mengatakan bahwa ini branding Papua yang kaya dan semakin aman harus terus dibenahi. Banyak orang di Jakarta, di Surabaya atau di Sumatera yang mungkin kurang paham tentang Papua karena memang jauh. “Kita yang jauh tidak tahu Papua aman atau tidak, karena pemberitaan lewat Televisi Nasional seringkali keliru. Untungnya ada Pak Tito sekarang di Papua yang membuat masyarakat di sini merasa tenang karena pengayomannya berjalan dengan baik” kata Hermawan.
Banyak orang di Papua yang bilang “Anda belum bisa dibilang orang Indonesia apabila belum pernah ke Papua.” Mungkin memang betul. Apalagi buat Anda para marketer. Jika mau jadi pemasaran sejati di Indonesia, hadirlah di Papua sekarang karena inilah momentum yang tepat. Jangan tunggu 5 atau 10 tahun lagi sampai Papua betul-betul berkembang, namun mulailah dari sekarang sejak pembangunan sudah semakin berjalan.