Industri perfilman Indonesia diyakini dapat terus berkembang makin besar dan dinilai dapat bersaing hingga ke kancah global. Namun, sebelum itu ada sejumlah tantangan yang tak bisa terelakkan dihadapi oleh para sineas Tanah Air.
Angga Sasongko, Founder dan CEO Visinema menyampaikan potensi industri film Indonesia bisa sebesar Korea Selatan, atau bahkan Hollywood. Pasalnya, Indonesia memiliki suku yang beragam dan dapat menghasilkan berbagai cerita yang relevan.
Bukan hanya untuk masyarakat Indonesia, melainkan juga global. Di sisi lain, Angga menambahkan terdapat beberapa tantangan yang kerap dialami oleh para pelaku industri perfilman dalam mengembangkan karyanya.
BACA JUGA Netflix Ungkap Perjuangan Perempuan di Industri Perfilman
“Akses pendanaan tentu menjadi salah satu tantangannya. Banyak perusahaan kreatif seperti production house (PH) kesulitan untuk mendapatkan akses ke pendanaan secara kompleks,” kata Angga dalam sesi konferensi pers Visinema Goes To Busan, di Jakarta Selatan Kamis (7/9/2023).
Angga menambahkan akses tersebut perlu ditingkatkan karena potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar dan hal itu akan menarik minat banyak investor untuk masuk ke dalam industri film.
“Dana investasi mungkin sudah tersedia, namun tidak terserap ke industri film dan menguap di tempat lain secara berlebihan. Padahal, perusahaan-perusahaan film saat ini punya free growth dalam beberapa tahun ke depan. Jadi, tanpa modal pun pendapatan bisa naik, karena jumlah layar (bioskop) terus bertambah. Hal ini kalau dijual ke investor hari ini jadi sangat seksi,” ujarnya.
Sementara itu, pendanaan adalah mekanisme terbaik untuk para pembuat film untuk bisa lebih ekspresif dalam membuat film dengan cerita yang lebih menarik. Tak hanya itu, pendanaan juga bisa menjadi sebuah peluang besar bagi pembuat film debutan untuk menunjukkan kemampuannya bertumbuh dalam industri film Indonesia, bahkan global.
BACA JUGA Sony Indonesia Beri Dukungan pada Pendidikan Perfilman Tanah Air
Aktor kenamaan, Reza Rahadian menambahkan infrastruktur pendanaan menjadi hal yang sangat penting untuk mengembangkan industri perfilman Indonesia menjadi makin pesat.
“Selain itu etalase film. Bayangkan kalau di setiap kecamatan punya akses bioskop, entah independen atau jaringan. Mungkin film Indonesia bisa jadi tuan di rumahnya sendiri,” ujar Reza.
Selain pendanaan, menurut Angga, talenta juga menjadi tantangan bagi industri film Indonesia. Ia menilai saat ini talenta film hanya sebatas pekerja.
Padahal, talenta adalah aset bagi perusahaan film untuk bisa terus tumbuh secara berkelanjutan. Tak hanya itu, aset-aset ini butuh investasi untuk bisa terus tumbuh dan menciptakan produk berupa Intellectual Property (IP).
“Jangan sampai talenta ini dilihat sebagai mesin, bukannya sebagai manusia yang bisa tumbuh. Kalau kita berinvestasi pada manusia-manusia ini, maka nilai tambah di industri film pun juga bisa naik,” ucap Angga.
Terakhir, Angga menuturkan dari dua tantangan tersebut pada intinya adalah perspektif untuk melihat industri film jadi lebih modern.
Editor: Ranto Rajagukguk