Antara Lazada, Traveloka dan Facebook

marketeers article

Ada yang menarik saat sedang mengambil sertifikasi Facebook Blueprint beberapa waktu lalu. Diluncurkan pada tahun 2015, program ini langsung mendapat sambutan hangat dari para Master Internet Marketing, tak terkecuali saya sendiri. Selain karena kemunculannya sudah ditunggu sejak lama, juga karena program inilah yang official langsung dari Facebook. Sehingga rekomendasi, analisis dan strateginya sangat akurat. Plus, di sini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar, tidak sekadar mitos yang sayangnya telah telanjur diamini banyak orang.

Yang mengejutkan, ketika mempelajari Advance course-nya, di antara sekian banyak studi kasus yang ditampilkan, sebagian besar dari perusahaan besar dan ternama seperti Coca-Cola, Sony Experia, Mercedes Benz dan lain-lain, ada dua merek dari Indonesia yang diakui mencapai performa yang outstanding. Mereka adalah Lazada dan Traveloka.

Meski bukan merek asli Indonesia namun dalam kasus ini, Lazada Indonesia yang dijadikan case study bukan di Jerman, negara asalnya. Dan seperti kita ketahui bersama, tidak mungkin perusahaan sekelas Facebook merekomendasikan sesuatu hal jika kasus tersebut tidak sangat luar biasa.

Ledakan E-commerce oleh Lazada

Didirikan pada tahun 2011 dengan visi besar, menjadi Amazonnya Asia Tenggara, Lazada langsung merangsek dari Singapura ke negara-negara tetangganya seperti Indonesia, Filipina Thailand dan Vietnam beberapa tahun kemudian. Strategi yang harus diakui sangat cerdas, karena bahkan Amazon saat itu belum berencana ber-ekspansi hingga ke sini.

Mengikuti induknya, Rocket Internet, agresivitas perusahaan ini memang sulit tertandingi. Hampir setiap tahun selalu ada inovasi baru yang monumental, yang menariknya diterima dengan baik oleh masyarakat. Dimulai dari launching mobile site pada tahun 2013 menggunakan platform HTML5 yang memungkinkannya bisa diakses dari berbagai macam perangkat dengan baik (seamless), sesuatu yang jarang dilakukan e-commerce lainnya saat itu. Kemudian kita juga melihat mereka bekerja sama dengan berbagai vendor ponsel yang strategi marketingnya berbasis online. Tercatat beberapa vendor ponsel seperti Xiaomi misalnya meluncurkan produknya secara eksklusif pertama kali dengan Lazada.

Cerita menjadi semakin seru saat mereka meluncurkan aplikasinya di Android dan ios. Strategi mereka untuk mengerek jumlah pengguna aplikasi inilah yang membuat Facebook kepincut. Pasalnya, selain strategi mereka yang tidak biasa, kesuksesan yang mereka dapatkan sungguh luar biasa.

Bayangkan saja, campaign yang mereka lakukan telah menjangkau ke lebih dari 3,6 juta pengguna tertarget per bulan. Menyasar penduduk Indonesia berusia diatas 18 tahun yang rata-rata melek teknologi. Hal ini meningkatkan ad recall mereka hingga 20%. Yang epik, pertambahan pengguna yang melakukan pembelian melalui aplikasi meningkat hingga 6.5% per bulan. Dengan asumsi rata-rata pelanggan yang menggunakan aplikasi rutin tiap bulan hanya 10% daripada jumlah total pengguna, artinya tiap bulan pengguna aplikasi mereka bertambah lebih dari 50%. Suatu angka yang fantastis!

Strategi yang mereka lakukan untuk mendongkrak pertumbuhan pengguna aplikasi ini terutama karena integrasi yang baik antara opsi Instagram Marquee dengan Facebook. Kreativitas mereka dalam menyajikan iklan yang menarik berbagai segmen pelanggan patut diacungi jempol. Sadar mereka memiliki sedemikian banyak produk untuk dipasarkan, membuat mereka seakan tak kehabisan ide untuk mengangkat berbagai penawaran spesial. Selain, tentu saja, kelebihan mereka sendiri seperti Gratis ongkos kirim, berbagai pilihan pembayaran, termasuk adanya pilihan bayar di tempat (COD).

Dan hasilnya, seperti Anda lihat di tabel di bawah ini, Lazada melesat jauh meninggalkan kompetitornya, meski mereka telah lebih dahulu berdiri.

Strategi yang Taktis ala Traveloka

Didirikan di tahun 2012 yang lalu, konsep awal Traveloka adalah sebagai mesin pencari untuk membandingkan harga tiket pesawat dari berbagai situs lainnya. Perubahan dimulai tahun 2013 ketika Traveloka menjadi situs pemesanan tiket pesawat. Dilanjutkan kemudian pada tahun 2014 ketika pemesanan hotel telah tersedia pula.

Di tahun 2015, mereka mulai membangun aplikasinya dan di sinilah semua cerita tentang kesuksesan ini dimulai. Dibangun dengan memperhatikan insight masyarakat Indonesia yang menginginkan travelling dengan nyaman, bebas repot dan terjangkau. Juga, mereka ingin mendapatkan kemudahan mendapatkan tiket di saat mereka tiba-tiba harus melalukan perjalanan ke berbagai tempat.

Pada dasarnya, mereka tidak hanya menginginkan portal untuk booking tiket, namun lebih dari itu. Mereka mengharapkan adanya travelling partner yang dapat merekomendasikan berbagai aspek sebelum memutuskan itinerary seperti apa yang akan dijalani.

Kampanye dimulai di paruh kedua tahun 2015 dengan mengintegrasikan antara Facebook Creative Shop dan Instagram yang menyajikan berbagai image yang digemari masyarakat Indonesia. Untuk menarik minat, mereka menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang sedang menggunakan Apps di berbagai situasi. Dengan audience yang sangat tertarget, mereka mendorong banyak orang yang hobi travelling untuk download dan menggunakan apps tersebut.

Untuk memastikan campaign mereka menjangkau audience yang tepat, Traveloka menggunakan audience yang mirip dengan pelanggan yang telah men-download aplikasinya dan pelanggan yang melakukan travelling setidaknya sebulan sebelum mereka meluncurkan campaign tersebut. Hanya dengan menampilkan iklan tersebut kepada orang yang tepat, Traveloka telah berhasil meningkatkan jumlah visitor web sekaligus jumlah pendownload aplikasinya

Hasilnya, sungguh luar biasa. Selama masa kampanye, mereka telah berhasil meningkatkan jumlah penginstall aplikasi mereka hingga 13.7% per bulan; 23% peningkatan ad recall, yang berarti 3.8x jauh lebih banyak dari rata-rata data yang dimiliki Nielsen dan 1.4x lipat lebih banyak daripada rata-rata kampanye serupa di Instagram. Luar biasa.

Strategy, strategy, strategy is the New location, location, location

Di awal dekade 2000-an ketika dua buku Robert Kiyosaki, Rich Dad Poor Dad dan the Cashflow Quadrant menjadi mega best seller, masyarakat Indonesia mulai mempelajari panduan terpenting dalam berinvestasi properti yaitu mengenai pemilihan lokasi strategis. Pendeknya, lokasi adalah faktor terpenting dalam properti, yang hampir tak mungkin tergantikan oleh yang lain. Dengan lokasi yang baik maka investasi properti tersebut besar kemungkinan akan menjadi investasi yang sangat menguntungkan.

Senada dengan pentingnya lokasi bagi investasi properti, sepenting itu pula strategi di dunia Internet Marketing. Semua cerita kesuksesan dan kegagalan di dunia digital sangat tergantung dari suatu set strategi yang digunakan.

Anda bisa lihat dari cerita sukses Lazada dan Traveloka tadi. Meski mereka memiliki karakteristik industri yang berbeda, bahkan bertolak belakang, namun mereka sama-sama mampu mengecap kesuksesan yang luar biasa. Yang satu karakternya sangat luas, sebagai marketplace, yang menyediakan apapun untuk semua orang. Sedangkan lainnya hanya fokus mengurusi traveling dengan segala tetek bengeknya.

Jika Anda lihat, benang merah keberhasilan strategi dua perusahaan itu karena mereka mengintegrasikan antara Facebook dan Instagram sebagai generator campaign-nya serta tidak hanya menggunakan salah satu saja yang tengah jadi tren. Lebih jauh lagi, mereka sangat fokus pada target market yang dibidik. Baik dari sisi demografis, ads yang ditampilkan dan copywriting yang mampu membawa pelanggan melakukan tindakan sesuai keinginan kita. 

 

Roma Muhammad, Internet Marketing Expert,
Google Partner-Facebook Blueprint Certified


    Related