Antisipasi PHK, Kemenperin Jajaki Pasar Baru Industri TPT dan Alas Kaki
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah menjajaki potensi pasar ekspor baru untuk produk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki. Adapun negara-negara potensial yang tengah dilakukan negosiasi yakni Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian mengatakan upaya penjajakan pasar baru dilakukan untuk mengantisipasi adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kedua industri padat karya tersebut. Hal ini karena menurunnya utilisasi di sektor industri serat sebesar 20%, spinning merosot 30%, weaving dan knitting melambat 50%, serta garmen turun 50%.
BACA JUGA: Menperin: Industri Manufaktur Tumbuh 4,38% pada Kuartal III
Selain itu, ada pula industri pakaian bayi yang turun 20% hingga 30% dan alas kaki turun 49%. Beberapa perusahaan itu sudah ada yang memangkas jam kerjanya jadi tiga hingga empat hari, yang biasanya tujuh hari kerja.
Atas kondisi tersebut, tenaga kerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dari industri tekstil dan garmen dilaporkan mencapai 92.149 orang dan dari industri alas kaki sebanyak 22.500 orang. Namun demikian, dari hasil laporan itu, sedang dilakukan cross check di lapangan oleh satgas internal Kemenperin maupun lintas kementerian dan lembaga terkait.
BACA JUGA: Kampanye Danone-AQUA Dukung Pengurangan Sampah Plastik di Laut
“Pertama, kami upayakan pencarian pasar baru untuk ekspor bagi sektor industri. Kami mencoba buka akses untuk pasar ke Amerika Latin dan Selatan, Afrika, negara-negara Timur Tengah, dan Asia,” kata Agus melalui keterangannya, Selasa (8/11/2022).
Berikutnya, langkah penguasaan pasar dalam negeri, dengan memperkuat dan mendorong promosi dan kerja sama lintas sektoral agar program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) makin tumbuh. Melalui program ini diharapkan menumbuhkan sektor industri tersebut.
Agus menyebut upaya lain yang perlu dipacu adalah penguatan daya saing industri dengan kemudahan akses bahan baku, penguatan ekosistem usaha, dan penguatan sistem produksi.
“Kami bisa lihat dengan berbagai instrumen seperti BMDTP, juga larangan terbatas (lartas), dan banyak lagi instrumen lain yang bisa dipergunakan untuk menyelamatkan industri TPT dan alas kaki,” ujarnya.
Sebagai informasi, pada kuartal III tahun 2022, industri TPT tumbuh mencapai 8,09% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), namun mengalami perlambatan secara kuartal (quarter-to-quarter/qtq). Bahkan, angkanya terkontraksi hingga -0,92% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Meski begitu, ekspor secara kumulatif masih mengalami kenaikan sampai dengan September 2022 sebesar 15,6% bila dibandingkan data yang pada periode yang sama tahun 2021. Sementara itu, industri alas kaki, kulit, dan barang dari kulit tumbuh 13,44% (yoy) pada periode ini.
Ekspor alas kaki secara kumulatif sampai dengan September 2022 juga masih mengalami kenaikan sebesar 35% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja pertumbuhan subsektor ini masih cukup tinggi, disebabkan pengalihan order dari Cina dan Vietnam ke Indonesia, sehingga PDB nasional masih positif.
Kendati demikian, Kemenperin terus mewaspadai dampak krisis global. Oleh karena itu, Kemenperin membentuk Satuan Tugas Pengamanan Krisis Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki dengan tugas utama menginventarisasi industri TPT dan alas kaki yang terdampak oleh krisis perekonomian global, serta permasalahan yang dihadapi.
Selanjutnya, satgas menyusun rencana aksi dan strategi mitigasi berdasarkan inventarisasi permasalahan.
“Satgas juga berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait dalam pelaksanaan strategi mitigasi yang diambil tersebut,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk