Apa Hasrat dan Kegalauan Anak Muda Indonesia di 2015?

marketeers article

Seperti kita ketahui bersama, bahwa anak muda selalu memiliki gayanya sendiri, terkadang bahkan sulit dimengerti oleh orang tua atau seniornya. Kebiasaan mereka menggunakan produk dan jasa tertentu kadang tidak bisa diprediksi. Ada tren yang bisa tiba-tiba muncul, namun ada juga tren yang bisa tiba-tiba menghilang.

Akan tetapi, ada benang merah dari tren anak muda, yaitu biasanya dimulai dari anak muda influencer yang berani memulai suatu hal dan akan ditiru oleh anak muda lainnya. Galau adalah salah satu kata yang sulit dicari padanannya dalam bahasa lain. Bingung, resah, bimbang, penuh ketidakpastian adalah beberapa kata bisa menggambarkan kata galau ini.

Mengapa anak muda galau? Berdasarkan temuan Survei MarkPlus Insight bertajuk Youth Monitoring 2015 terhadap lebih dari 6.798 responden di 18 kota di Indonesia, anak muda menjadi galau karena ketidakpastian target atau keinginan yang harus dicapai. Maklum, mayoritas anak muda menetapkan target keberhasilan diri atau pencapaian berdasarkan apa yang dilihat orang lain. Apa yang orang lain sebutkan bisa menjadi target baru mereka kapan saja. Dengan kata lain, anak muda ini sulit dipuaskan karena standar ukuran yang selalu bergeser.

Selain itu, ada pula sekelompok anak muda yang mau berbeda supaya persepsi mereka tidak disamakan dengan anak muda kebanyakan. Anak muda seperti ini biasanya memiliki ukuran dan standar sendiri terhadap apa yang baik untuk mereka.

Hipster, istilah untuk menggambarkan penampilan dan gaya hidup yang nyentrik dan unik. Anak muda menganggap bahwa para hipster biasanya asyik untuk diajak berteman dan bergaul.

Dus, pemasar harus cerdas dalam menangkap kegalauan anak muda ini. Misalnya saja, pemasar harus bisa menjual mimpi. Anda juga harus cerdas dalam memilih siapa saja tokoh yang bisa mewakili youth subculture agar tidak salah dalam menyampaikan pesan untuk anak muda Indonesia.

Tentunya setiap perusahaan memiliki pandangan tersendiri terkait tokoh itu. Citilink yang menyasar usia 23-35 tahun misalnya berkolaborasi dengan grup band RAN dalam melakukan kampanye melalui lagu Dekat di Hati pada tahun lalu. “Kami memilih RAN karena mereka sangat popular di kalangan anak muda, followers mereka juga banyak. Lagu Dekat di Hati juga enak didengarkan. Memang saat itu kami fokus untuk menggarap pasar anak muda. Terlihat pada data ternyata kampanye kami ini berhasil,” ujar Hans Nugroho, Commercial Director PT Citilink Indonesia. Jika Citilink memilih group band RAN, siapakah tokoh yang cocok dengan brand Anda?
 

    Related

    award
    SPSAwArDS