Saat ini, hampir setiap perusahaan memiliki agenda untuk menyampaikan cerita. Entah itu untuk membangun identitas brand kepada target audiens, ataupun meningkatkan awareness guna mendongkrak penjualan. Praktik semacam ini dikenal dengan istilah brand journalism.
Suharjo Nugroho, Managing Director Imogen PR mengatakan, konsekuensi dari praktik brand journalism, peran perusahaan pn bukan hanya sekadar menyampaikan berita, tetapi juga penghubung praktik kehumasan dan pemasaran brand.
“Tantangannya, informasi yang dulu hanya kita dapatkan dari media, sekarang bisa dikonsumsi dari mana saja,” ungkap Suharjo.
Lantas, bagaimana membuat video menarik untuk memasarkan brand Anda? Saharjo menyebut tiga hal, yaitu kreatif, edukatif, dan yang terpenting, “Matangkan konsep cerita Anda sebelum proses eksekusi video,” tambah dia.
Kesalahan yang paling banyak dilakukan, sambung dia, pemilik merek atau perusahaan terlalu sibuk memikirkan keindahan gambar dan teknis, hingga mengesampingkan jalan ceritanya. Padahal, pola pikir seperti ini justru terbalik. “Prioritaskan dulu isi konten, baru desain; dan jaga konten tetap edukatif, jangan melulu soal promosi,” ujar Suharjo lagi
Selanjutkan, perusahaan perlu memahami jenis platform dan jenis konten yang sesuai dengan karakter audiens. Setiap platform memiliki pasarnya sendiri-sendiri. Twitter, misalnya, banyak digunakan oleh kalangan marketer di perkotaan yang selalu update dengan berita.
“Sementara Instagram, target utamanya ialah anak muda di bawah 35 tahun, yang senang mengikuti tren baru yang serba cepat,” tutup dia.