Jika membuka media sosial, Anda mungkin sudah tidak lagi heran menemukan banyak konten berkeliaran. Ini ada hubungannya dengan content marketing.
Konten ini bisa dihasilkan oleh siapa pun, baik oleh individu maupun brand. Oleh karena itu, cara pembuatan dan pendekatannya juga tentu berbeda.
Sebagai Praktisi Marketing dan Behavioral Science, Ignatius Untung menjelaskan mengenai apa itu content marketing dan manfaatnya bagi brand dalam program Market Think pada kanal YouTube Marketeers TV.
Manfaat content marketing
Suka atau tidak suka dengan konten yang disajikan, tujuan dari sebuah content marketing adalah untuk menarik perhatian.
“Konten itu story. Story itu membuat kita jadi diingat karena kita menarik perhatian duluan. Padahal konten itu framing, bisa kita zoom in, zoom out, geser perspektif, dan lain sebagainya. Hal itu membuat sesuatu yang biasa saja menjadi menarik,” kata Untung.
Penerapan content marketing juga bisa dilakukan di kalangan pejabat. Misalnya, Alam Ganjar, anak Ganjar Pranowo yang makin dikenal oleh masyarakat luas gara-gara kontennya menjadi kian banyak bermunculan.
Karena tujuan dari content marketing adalah untuk mencari perhatian, maka Anda perlu menemukan sudut pandang baru yang belum banyak diketahui oleh orang banyak.
Untung menjelaskan content marketing ini perlu menciptakan Zeigarnik Effect atau rasa penasaran audiens terhadap suatu informasi. Sayangnya, sering kali juga terjadi beberapa kesalahan.
“Kesalahan ketika kita buat content marketing adalah menjadikan brand sebagai subjek, tetapi tidak membangun relevansi,” ujar Untung.
BACA JUGA: 5 Tips Membuat Konten SEO agar Mendapatkan Ranking yang Tinggi
Oleh karena itu, brand story yang dibangun bukanlah tentang merek itu sendiri melainkan story tentang konsumen yang menjadi sasaran audiens.
Misalnya saja iklan Nike yang selalu membicarakan tentang konsumen, bukan tentang sepatunya. Selain itu, sabun Dove tidak menceritakan tentang sabunnya, melainkan tentang perempuan-perempuan yang cantik apa adanya.
“Content marketing harus didesain lebih dari sekadar mencari perhatian, tetapi membangun memori meski kontennya sudah tidak dilihat,” tuturnya.
Untung menyebutkan cara pertama yang harus dilakukan adalah dengan membangun emotional flavour, baik painful maupun pleasure. Sesuatu yang menyentuh emosional akan sangat diingat.
Kemudian, bangun relevansi dari cerita yang disajikan, tetapi tidak hanya cerita yang menjadi fokus utama, tetapi juga brand-nya dapat diingat.
Oleh karena itu, perlu untuk membangun aset atau aktivitas iklan soft selling melalui komunitas, event, dan lainnya yang dilakukan secara konsisten hingga dapat melekat dengan brand.
Selain itu, content marketing juga dapat menciptakan kebutuhan pelanggan melalui konteks yang tepat.
BACA JUGA: 5 Tips Membuat Strategi Content Marketing, Bikin Audiens Pasti Melirik
“Konsumen tidak selalu bisa membayangkan semua, brand harus bangun konteks untuk bisa kasih inspirasi ke mereka,” ucapnya.
Misalnya, para developer perumahan sering kali membangun show unit sekaligus isi dan interior di dalam rumahnya, tidak mungkin kosong meski dijualnya tanpa interior. Hal ini tujuannya untuk membangun konteks sehingga audiens dapat memiliki bayangan yang kuat mengenai produk.
Dengan begitu, si developer dapat membuat konten tour rumah untuk membangun rasa butuh di benak audiens. Content marketing juga menjadi sebuah cara untuk melakukan brand storytelling yang dapat membangun relationship dengan audiens.
Cerita yang sama dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan calon audiens Anda. Hal ini karena cerita dapat membangun emosi dan mendorong sesuatu menjadi lebih mudah diingat.
“Berbagi cerita konsekuensinya adalah berbagi perasaan, sama-sama merasakan sesuatu yang emosional dan darisana mulai ada perasaan bahwa seseorang dimengerti dan menjadi terikat,” ucap Untung.
Oleh karena itu, apa itu content marketing menjadi lebih dari sekadar konten lucu, viral, dan menarik saja, tetapi juga relevan dan mudah diingat meski konten tersebut sudah tidak lagi dilihat.
BACA JUGA: 6 Langkah Membuat Content Marketing Strategy, Jitu dan Tepat Sasaran!
Editor: Ranto Rajagukguk