Berdiri sejak 1937, Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara menjadi salah satu saksi perkembangan dan tantangan dunia jurnalisme Tanah Air. Namun, banyak perubahan yang terjadi. Di antaranya, pengurangan porsi besar subsidi yang diberikan pemerintah. Antara pun kini harus mampu mandiri. Di saat bersamaan, dunia jurnalisme tengah menghadapi berbagai perubahan besar? Lalu, apa kabar Antara kini?
Ditemui dalam gelaran BUMN Marketeers Club (BMC) di Jakarta, Jumat (23/02/2018), Direktur Utama Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat mengatakan ada sejumlah persoalan yang tengah dihadapi Antara kini.
“Sebagai perusahaan milik negara (BUMN), kelemahan kami terdapat dari segi komunikasi, bagaimana mengatasi krisis komunikasi. Pada umumnya, ketika krisis komunikasi muncul, kami justru bersikap defensif. Saat defensif, kami hanya bisa mundur dan menunggu badai berlalu,” ungkap Meidyatama.
Lebih dari itu, masalah lain yang kerap muncul adalah terfokusnya Antara pada satu wilayah saja. Padahal, BUMN memiliki scoop yang luas, bukan hanya persoalan Jakarta saja.
Berangkat dari koreksi ini ditambah dengan tuntutan untuk menjadi profitable, Antara pun mulai menggarap berbagai macam lini bisnis. Sebut saja layanan media monitoring Antara Insight yang memantau seluruh media melalui big data. Di sini, Antara dapat memonitor fenomena apa yang tengah terjadi, persoalan infrastruktur, hingga chart tittle untuk berita.
“Bisnis kami juga bergerak ke pelatihan jurnalistik melalui Lembaga Pelatihan Jurnalistik Antara (LPJA), layanan data & informasi (Big Data) di sektor financial, tax , trade, dan mining, serta layanan pengelolaan majalah internal perusahaan (Antara Deisgn & Publishing), layanan media digital luar ruang (Videotron), sekaligus Kerjasama Operasi (KSO) Bloomberg & Reuters,” jelas Meidyatama.
Memiliki 604 wartawan yang tersebar di empat negara, dan 32 provinsi di Indonesia, Antara berupaya menguasai jaringan distribusi terluas bagi jurnalisme negeri. Sementara untuk i-media-videotron Antara saat ini sudah ada di 300 lokasi, dan ditargetkan mencapai 3 ribu titik di tahun ini.
“Dari audit internal yang kami lakukan, sekitar 5%-15% surat kabar, terutama di daerah rural dan rural-urban, memproduksi konten dengan Antara sebagai sumber berita mereka,” kata Meidyatama.
Distribusi Antara pun kian diperkuat dengan upaya mereka menggandeng organisasi berita OANA dan Bernama Malaysia. “Kami bekerjasama dengan mereka untuk menyiarkan dan mendistribusikan berita kami. Ini salah satu hal yang memperkuat usaha kami saat ini,” terang Meidyatama.
Editor: Eko Adiwaluyo