Banyak orang melihat krisis sebagai tantangan. Namun, di sisi lain akan selalu ada peluang yang bisa diambil meski tidak selalu cepat dapat dilihat hasilnya. Setiap usaha yang dilakukan di saat krisis memang tidak instan terlihat hasilnya. Tetapi, perlu disadari, terutama bagi para pengusaha bahwa hal yang mereka lakukan tersebut sudah menjadi pondasi atau akar yang nantinya bisa memberi keuntungan di masa depan.
Salah satu yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah pemanfaatan teknologi. Perusahaan harus melihat teknologi sebagai peluang dan memperkuat adaptasi. Karena, tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir.
“Kita semua berada di tahapan surviving dan menuju ke tahapan actualizing dari apa yang kita rencanakan saat ini maka perlu ada persiapan.,” ujar Vice President Government & Institution Relations Indonesia Marketing Association (IMA) Martogi Siahaan pada pembukaan webinar SPA 2020 Series: The Final Chapter, Selasa (06/10/2020).
Martogi menambahkan pandemi telah mengubah masyarakat dan lingkungan untuk menghadapi hal baru. Contohnya saja dalam merespons isu kesehatan hingga ketika memiliki keinginan untuk berlibur. Selain itu, yang tidak dapat dihindari adalah percepatan adaptasi teknologi di berbagai sisi.
Ia memberikan contoh pemanfaatan teknologi dapat membantu di dunia kerja yaitu work from home (WFH). Penerapan kerja remote atau jarak jauh ini telah membuat masyarakat sadar ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan sistem WFH. Tidak hanya bisa menjadi lebih produktif dibandingkan ketika bekerja di kantor, WFH nyatanya bisa menghemat waktu.
“Mereka yang bekerja di rumah dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Selain itu, pekerjaan pun bisa dikerjakan secara efisien. Karena, ketika harus bekerja di kantor, ada waktu yang dihabiskan untuk menuju dan pulang kantor. Secara cost pun bisa menjadi lebih hemat dengan WFH,” tutur Martogi.
WFH ini menjadi salah satu kegiatan yang mengubah behaviour dari konsumen. Tentunya, hal ini sangat dirasakan di industri telekomunikasi. Sebab, penggunaan internet atau data di area perumahan pun meningkat. Behaviour ini kemudian menuntut perusahaan berubah, pemasarannya pun berubah.
Martogi mengungkapkan tidak hanya perlu beradaptasi dengan teknologi yang ada tetapi perusahaan juga membutuhkan orang-orang dengan skill tinggi tentang digitalisasi. Sekarang kebutuhan tidak lagi tentang orang yang mampu menerjemahkan bisnis saja tapi juga dilengkapi dengan kemampuan digital.
“Business translator merupakan orang yang mengetahui bisnis dari berbagai aspek tetapi penting juga memahami teknologi untuk memperkuat bisnis. Human and machine, keduanya akan dibutuhkan. Saya percaya webinar ini bisa menginspirasi dan menjadi cambukan pemikiran untuk berbenah menghadapi masa depan,” tutup Martogi.