Pabrikan ponsel yang kini berada di bawah bendera Lenovo, Motorola, menilai dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak ada perubahan yang signifikan dalam industri ponsel pintar. Padahal bila mengacu sebelum era ponsel pintar ada banyak sekali perkembangan seperti ponsel jenis lipat, keyboard QWERTY, ponsel untuk gaming, kamera, hingga teknologi layar sentuh.
“Saat ini, semua jalan di tempat,” ujar Adrie R Suhadi, Country Lead Lenovo Mobile Business Group Indonesia di Jakarta, Rabu (25/1/2016).
Adrie melihat dalam sepuluh tahun ini tidak ada inovasi yang benar-benar baru. Baginya bila tidak memori yang lebih besar, kamera yang lebih tajam, dan layar yang lebih besar, tidak ada lagi yang ditawarkan secara lebih oleh pabrikan ponsel kepada konsumennya.
Oleh sebab itu, Motorola mencoba menghadirkan konsep ponsel pintar terbaru melalui seri flagship Moto Z dan Moto Z Play. Kedua ponsel ini memperkenalkan konsep Moto Mods, sebuah aksesoris tambahan yang diciptakan oleh Motorola untuk memberikan pengalaman baru kepada konsumennya.
“Moto mencoba untuk menawarkan sesuatu yang lebih kepada konsumen kami. Kami kenalkan segmen dan konsep baru, Modular Phone. Kami berusaha hadirkan pengalaman lebih dari ponsel itu sendiri kepada konsumen,” tambah Adrie.
Namun, apakah konsep Modular Phone ini benar-benar akan disukai oleh hati konsumen Indonesia. Mengingat sebelumnya LG pernah mengeluarkan mode yang serupa melalui LG G5, tapi respon pasar negatif didapatkan oleh LG sehingga penjualannya tidak seperti yang diharapkan.
Bila melihat perbedaan konsep modular yang ditawarkan oleh Moto dan LG ada perbedaan yang amat ketara. Ketika akan memasang Mods, pengguna Moto Z tidak perlu mematikan ponsel mereka terlebih dahulu, karena terdapat sistem magnetis antara perangkat Moto dan Moto Mods yang bisa saling melekat. Sementara bagi perangkat Lg G5 diwajibkan untuk mematikan ponsel terlebih dahulu dan melepas bagian bawah ponsel. Dari sisi kemudahan dan praktis, jelas Moto kali ini menawarkan kemudahan.
Sampai saat ini, ada empat varian Moto Mods yang bisa dibeli secara terpisah yang memiliki fungsi yang berbeda-beda, mulai dari speaker, proyektor gambar, baterai tambahan, dan kamera. Adrie membeberkan bahwa hingga akhir tahun direncanakan ada 10-15 jenis Mods baru yang berkolaborasi dengan pihak ketiga.
Moto bersama Lenovo terlihat amat serius membesarkan konsep Modular Phone ini. Pasalnya selama hampir setengah tahun setelah Moto Z dan Moto Z Play diluncurkan secara global, dilansir oleh TheNextWeb bahwa data Motorola menyebutkan 40% dari pengguna varian Moto Z memiliki dan menggunakan Mods. Rata-rata pengguna memiliki dua Mods.
Bila melihat angka tersebut tentu Moto tidak mau menyia-nyiakan momentum yang sedang berjalan. Merangkul pihak ketiga serta para developer indie dilakukan oleh Moto untuk mempersilahkan siapa saja untuk membangun Mods dengan fungsi yang semenarik mungkin untuk seri Moto Z.
Beberapa konsep unik telah lahir dari program hackatohons di beberapa kota seperti konsep sebagai kontroler permainan, memonitor kondisi kulit, hingga menjadi amplifier dengan kualitas audio tingkat wahid.
Menurut Stephen McDonnell, Senior Manager Moto Mods Ecosystem, konsep modular phone dari Moto memiliki kesempatan yang besar untuk sukses karena Motorola menggunakan pendekatan customer first. Baginya penting memberikan sebuah ponsel yang berfungsi secara baik dan memberikan konsumen menambahkan fungsi-fungsi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Motorola sendiri berencana untuk membuat toko khusus yang menjual rangkaian Mods bagi Moto Z. Menurut McDonnel banyaknya varian dari Mods akan menetukan kapan toko akan dibuka.
Sebuah Mods tidak bisa dibilang murah. Harga Mods JBL Soundboost Speaker berada dikisaran Rp 1,5 juta. Sementara Mods Hasselblad True Zoom Camera di angka Rp 3,5 juta, dan Insta-share Projector pada harga Rp 4,5 juta.
Terlepas dari nominal harga, usaha Motorola perlu diapresiasi. Selain memperkenalkan sebuah konsep baru, Motorola juga sedang membangun sebuah ekosistem dengan merangkul banyak pihak agar konsep modular phone ini bisa diterima oleh masyarakat. Karena dalam bisnis inovasi adalah kunci untuk membedakan produk dari kepungan kompetitor.
Editor: Eko Adiwaluyo