Apakah Negara yang Lebih Makmur Berprestasi Lebih Baik dalam Sepak Bola?
Ada banyak orang di sekitar Asia yang akan berjaga sampai larut malam untuk satu bulan ke depan. Bukan soal menjaga keamanan wilayah, melainkan untuk menonton gelara FIFA World Cup 2018. Tidak bisa dipungkiri, para penggemar sepakbola tengah mengorbankan tidur mereka untuk menonton turnamen Piala Dunia di Rusia.
Asia memang tidak memiliki catatan cemerlang dalam ajang berkelas ini. Tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangat para penggemar.
Di balik semangat tersebut, ada catatan menarik yang disampaikan oleh ekonom dan analis DBS Group Research. Disampaikan kepada Marketeers melalui Bank DBS Indonesia, dua ekonom DBS Taimur Baig dan Ma Tieying baru saja mengeluarkan hasil studi terbaru mereka yang bertajuk Economics & Strategy Weekly: World Cup, Economies, and Markets. Dalam laporan ini, keduanya menemukan adanya korelasi antara tingkat kemakmuran sebuah negara dengan prestasi sepak bola.
Ketika mereka mempertimbangkan soal PDB per kapita riil dari tim dengan peringkat top-50 menurut FIFA, tim DBS menemukan bahwa kecuali dua negara (Senegal, peringkat 27, dan Kongo, peringkat 39), peringkat negara dengan prestasi tertinggi dalam sepakbola memang dikuasai oleh negara berpendapatan menengah dan atas.
Tetapi ketetapan yang empiris ini hanya berlaku pada top-50. Untuk negara-negara di peringkat 51-100 FIFA, mereka melihat tidak ada hubungan antara pendapatan dan prestasi sepak bola sama sekali.
Begitu pun kondisi di Asia. Bahkan, pada peringkat 1 hingga 100 FIFA, sulit untuk menemukan negara dari benua ini. Semua negara di Asia Tenggara pun berada di bawah peringkat 100. Dan bahkan, negara-negara Asia yang paling sukses, seperti Jepang dan Korea Selatan, berada di bawah peringkat 50.
Tiongkok, meskipun investasi besar-besaran dalam beberapa dekade terakhir, tetap terperosok pada urutan 75. Bandingkan dengan Islandia yang kecil -dengan populasi 330 ribu, Islandia berada di peringkat 20 FIFA. Begitu juga dengan Bosnia (3,5 juta populasi berada di peringkat 40).
Tidak hanya negara-negara sepak bola Asia yang peringkatnya buruk, meski secara umum menjadi lebih buruk selama dua dekade terakhir. Negara-negara dari Eropa Timur dan Asia Tengah telah membuat terobosan signifikan, meninggalkan negara-negara Asia yang jauh lebih makmur dan padat penduduk di belakang.
Jelas, ketika Asia bekerja keras untuk belajar, membangun, dan menabung, ada suatu kegembiraan yang hilang di dunia sepakbola di wilayah ini. Ekonom dan ahli strategi DBS juga melihat pengalaman tim tangguh Korea Selatan dan Jepang, berbanding terbalik dengan harapan dan kenyataan China.
Editor: Sigit Kurniawan