Pemanfaatan teknologi diproyeksi bakal menjadi tren utama dalam praktik Public Relations (PR) tahun depan. Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) memaparkan, praktik PR akan semakin insentif dalam memanfaatkan teknologi pengelolaan dan analisis data sebagai basis untuk menjalankan praktik kehumasan.
Tren ini mengarah pada skenario kerja yang mencakup cara-cara lintas digital. USC Annenberg Center for Public Relations melalui 2019 Global Communications Report melaporkan, teknologi diprediksi akan lebih banyak digunakan praktisi humas untuk melakukan social listening, analisa kinerja website dan manajemen media sosial.
Alhasil, praktik humas diyakini dapat membantu praktisi humas untuk merumuskan strategi yang lebih cerdas, membangun kampanye yang lebih fokus, menyasar kelompok publik secara lebih tepat, dan melalui cara-cara yang lebih kreatif.
“Pelibatan Artificial Intelligence (AI) dalam pekerjaan komunikasi dan pemasaran di seluruh dunia semakin marak dalam satu tahun terakhir. Indonesia diprediksi akan semakin piawai menggunakan potensi AI untuk menjalankan intelijen bisnis dan pasar, melakukan diseminasi informasi, serta merencanakan marketing PR,” jelas Jojo S. Nugroho, Ketua Umum APPRI di Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Hal itu menyebabkan pekerjaan PR kian terintegrasi dengan pekerjaan pemasaran dan penjualan di dua tataran sekaligus (korporasi dan pasar konsumen).
Jojo meyakini, intelijen bisnis yang lebih matang akan membantu perusahaan atau organisasi untuk menempatkan diri dengan lebih baik di tengah dinamika isu sosial. Meski teknologi data digital semakin dibutuhkan; keahlian dan keterampilan dasar kerja PR dalam hal hubungan antar-manusia tetap tidak dapat ditinggalkan.
“Alat-alat kerja terus berkembang dan menjadikan pekerjaan PR semakin efektif dan efisien. Namun demikian, kecerdasan dan kebijaksanaan seorang praktisi PR tidak tergantikan oleh teknologi. PR adalah salah satu profesi paling dinamis, dan seni kehumasan tetap harus dipertahankan,” tegas Jojo.
Jojo juga menegaskan bahwa 2020 merupakan tahun bagi kolaborasi yang lebih erat. Setiap agensi menawarkan sesuatu yang berbeda, tetapi hampir mustahil bagi satu agensi untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. APPRI juga memprediksi agensi yang berskala boutique akan semakin diminati karena sifatnya yang fleksibel, adaptif, kreatif, komunikatif dan kompetitif, serta berkualitas dalam merespon kebutuhan klien.
“Agensi Humas dapat saling mengisi dan mendukung satu sama lain sesuai dengan keahlian bidang masing-masing demi mencapai tujuan klien,” ujar Jojo.