Hadir pertama kali di Surabaya pada tahun 2012, ARTOTEL menjadi sebuah terobosan di industri perhotelan Indonesia. Apa yang unik? Hotel ini menggabungkan seni kontemporer dengan cita-cita keramahtamahan. Ide ini berasal dari dua bersaudara yang juga pemilik ARTOTEL, yakni Christine dan Erastus Radjimin.
Perpaduan gagasan keramahtamahan dan seni menjadi Unique Selling Point (USP). Nilai jual yang unik inilah yang juga diterapkan di ARTOTEL yang mereka bangun di kawasan Thamrin dan Wahid Hasyim di Jakarta, Semang di Bali, dan Yogyakarta.
Yulia Maria, Corporate Marketing Communication Manager ARTOTEL Indonesia mengatakan, ARTOTEL berkolaborasi dengan banyak seniman. Mereka tidak hanya menaruh karya-karya seni mereka di ruang-ruang hotel, tetapi juga dilibatkan dalam mendesain ruangan agar aksen seni sekaligus kenyamanan bisa dimunculkan.
“Kami mengumpulkan para seniman lokal. Kami kemudian melakukan kurasi karya. Dari situ, kami bisa memilih seniman yang cocok diajak berkolaborasi. Mereka yang terpilih akan bertanggung jawab ikut mendesain ruangan, dari kamar tidur, lobi, hingga restoran,” kata Yulia.
Tak berhenti di situ, art space yang dibangun di hotel tak sekadar menjadi ruang pameran seni. Tetapi, di situlah, para seniman bisa menjual karya-karyanya. Kawasan seni juga bisa menjadi tempat hiburan tersendiri bagi pengunjung hotel. Harapannya, sentuhan seni ini mampu memberikan pengalaman unik bagi para tamu, hal yang mungkin tak didapatkan di hotel lain. Uniknya lagi, para seniman tersebut diberi kesempatan oleh pihak hotel untuk mendapatkan promosi di pameran-pameran di luar negeri. Sentuhan seni tak sebatas hotel.
Upaya kreatif menggabungkan seni, hotel, dan kepedulian sosial ini, tak berlebihan bila ARTOTEL diganjar dengan penghargaan Marketeers Editor’s Choice untuk kategori The Most Creative Brand of The Year 2019.
Selengkapnya baca Majalah Marketeers edisi Desember 2019 – Januari 2020.