Golden Agri-Resources (GAR) umumkan keberhasilan perusahaan dalam mencapai 100% kemamputelusuran hingga ke perkebunan (Traceability to the Plantation) di seluruh 44 pabrik mereka. Dengan capaian sepanjang tahun 2017 itu, kini 39% dari produksi total minyak kelapa sawit GAR bisa ditelusuri sepenuhnya.
Di saat yang sama, GAR menjalin bekerja sama dengan 427 pemasok independen lain untuk memetakan rantai pasokan mereka, dan berupaya mencapai 100% kemamputelusuran hingga ke perkebunan pada akhir tahun 2020 atau dua tahun dari sekarang.
Pada dasarnya, Traceability to the Plantation atau kemamputelusuran adalah cara yang digunakan untuk melakukan penelusuran balik, mengikuti, mengetahui dan melakukan pelacakan dari produk jadi yang dihasilkan sehingga dapat diketahui asal usul bahan baku (TBS) yang diolah.
Melalu ketelurusan itu, perusahaan menghindari TBS Curian atau TBS berasal dari lahan sengketa. Ini juga termasuk TBS yang ditanam di luar areal yang diperuntukkan secara legal kawasan untuk perkebunan kelapa sawit.
Proses penyelesaian tahap pertama dari rencana GAR mencakup penelusuran bahan baku yang dibeli dari pedagang dan petani mandiri maupun yang berasal dari perkebunan milik GAR dan petani plasma. Dengan capaian kemamputelusuran hingga ke perkebunan untuk pabrik pengolahan milik GAR, kini perusahaan menjangkau lebih dari 70 pedagang yang membeli dari 11.000 petani swadaya yang mengelola lahan seluas lebih dari 44.000 hektare.
“Setelah kami mencapai 100% kemamputelusuran hingga ke pabrik pada tahun 2015, kami memulai sejumlah upaya yang dinilai ambisius untuk industri ini, yaitu menelusuri lebih dari tujuh juta ton kelapa sawit melalui 471 pabrik pengolahan hingga ke perkebunan tempat ditumbuhkannya buah kelapa sawit tersebut,” ungkap Franky Oesman Widjaja, CEO GAR.
Ia menjelaskan, kemamputelusuran atau Traceability to the Plantation tidak hanya berarti perusahaan dapat menjamin sumber bahan baku, namun juga menjadi upaya proaktif perusahaan melibatkan para pemasok menuju perubahan yang lebih baik.
“Sebelum kami dapat membantu mereka mengubah bisnis mereka dan bergabung bersama kami untuk membangun industri kelapa sawit yang lebih bertanggung jawab dan tahan banting ini, pertama-tama kami harus mengetahui latar belakang mereka,” tambah Agus Purnomo, Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement at GAR.
Pemasok Pihak Ketiga
Tahap kedua yang dilaksanakan secara simultan oleh GAR adalah mencapai kemamputelusuran penuh untuk pemasok independen pihak ketiga ke pabrik GAR. Memanfaatkan pengalaman GAR dalam melibatkan para petani, pemasok pihak ketiga diharapkan bisa mengimplementasikan proses kemamputelusuran penuh hingga akhir tahun 2020.
Pada 2017, GAR telah mengunjungi lebih dari 40 pabrik, melakukan penilaian kepatuhan terhadap praktik-praktik perkebunan kelapa sawit yang bertanggung jawab seperti yang tertera di Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR atau GAR Social and Environmental Policy (GSEP). Hasil analisis dari kondisi tiap pemasok ini memungkinkan GAR untuk menciptakan bentuk dukungan yang tepat dan strategi intervensi yang sesuai.
Untuk mencapai tujuan itu, GAR tidak bekerja sendiri. Ia merangkul perusahaan konsultan independen untuk mendukung pemasok independen melaksanakan proses penelusuran dan proses verifikasi, dan memberikan dasar untuk memastikan kepatuhan dengan GSEP.
Salah satunya melalui Geotraceability, yang menggunakan solusi piranti lunak untuk membantu para pemasok, termasuk pabrik skala kecil dan menengah, untuk mengumpulkan informasi penelusuran. GAR dan GeoT telah membangun pendekatan untuk meningkatkan transparansi rantai pasokan, yang membuat seluruh pemasok bergabung terlepas dari level pengetahuan apapaun.
Pierre Courtemanche, CEO GeoTraceability mengatakan, kemamputelusuran adalah proses pengembangan yang terus berjalan. Peranti lunak yang dibuat terus dikembangkan dan dilakukan ujicoba. Sudah lebih dari 250.000 petani swadaya berada di basis data GeoTraceability.
“Para produsen ini bukan hanya sekedar angka, namun partisipan aktif dalam rantai pasokan yang dinamis dan bisa ditelusuri. Dalam waktu dekat, sumber produksi kelapa sawit yang tidak transparan tidak akan bisa diterima,” kata dia.