Industri media yang sempat terpuruk dalam setahun terakhir, sejalan dengan rendahnya daya beli masyarakat yang berdampak pada perekonomian, tampaknya telah usai. Tahun ini adalah momentum yang sangat menguntungkan bagi industri media karena langsung disambut dengan berbagai event besar di dalam dan luar negeri.
Menurut Bahana Sekuritas, pertumbuhan belanja iklan pada tahun ini bakal berada pada kisaran 13% – 15%, melesat cukup tinggi bila dibandingkan dengan belanja iklan tahun lalu yang hanya berada pada kisaran 3% – 5%. Rendahnya daya beli masyarakat membuat sejumlah perusahaan terutama perusahaan barang konsumer yang bergerak cepat atau fast-moving consumer goods (FMCG) menahan diri untuk menggunakan belanja iklannya di tengah keriuhan suasana politik pada semester pertama 2017.
Senior Analis Henry Wibowo menerangkan paling tidak ada tiga faktor pendukung utama yang membuat korporasi kembali bergairah menggunakan belanja iklannya pada 2018. Pertama, beberapa event spesial yang akan berlangsung sepanjang 2018 seperti perhelatan Piala Dunia yang berlangsung di Rusia pada Juni 2018, dengan hak siar dipegang oleh Trans grup.
Disusul dengan pesta olah raga Asian Games pada Agustus yang kembali ke Indonesia setelah lebih dari 50 tahun terakhir kali menjadi tuan rumah, dengan hak siar dipegang oleh PT Surya Citra Media. Tak hanya itu, Indonesia juga akan merayakan pesta demokrasi melalui Pilkada serentak.
Kedua, seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat yang secara historis sering terjadi di masa-masa pemilihan umum, ada kenaikan sirkulasi uang di masyarakat. Multiplier efek dari kenaikan harga batubara juga akan mendongkrak penjualan barang konsumer. Sehingga, perusahaan FMCG akan kembali menggunakan belanja iklannya. Iklan FMCG menguasai sekitar 75% dari total belanja iklan di media.
Ketiga, sejumlah perusahaan berbasis teknologi seperti Tokopedia, Traveloka dan Shopee akan semakin gencar melancarkan iklan-iklannya. Sejumlah perusahaan ini bisa memberi sumbangan sekitar 5% terhadap belanja iklan. Semua faktor ini mendorong Bahana menaikkan rating saham media dari yang tadinya Netral menjadi Overweight.
Rekomendasi Saham
Dengan rekomendasi beli terhadap saham PT Surya Citra Media sebagai pilihan utama karena market share naik cukup tinggi menjadi 36% pada Januari, dibandingkan tahun lalu sebesar 24%, sehingga Bahana sudah menaikkan target harga perusahaan berkode saham SCMA ini sebanyak dua kali dalam dua bulan terakhir menjadi Rp 3.160 per saham dari yang sebelumnya sebesar Rp 2.830 per saham.
“Perseroan juga cukup sukses meningkatkan konten bisnisnya melalui anak usaha IEG selama dua tahun terakhir, terutama setelah mengakuisisi Rumah Produksi Sinemart di Desember 2016, dengan menjual konten kepada pihak ketiga diluar grup usahanya sendiri seperti kepada Cinema 21, Netflix, Iflix,” papar Henry. Hal ini akan menjadi kunci sukses perseroan kedepan untuk meningkatkan valuasi karena konten akan tetap menjadi poin penting bagi industri media.
Pilihan kedua, Bahana merekomendasikan beli saham Visi Media Asia dengan target harga Rp 620 per saham karena perseroan terbilang sukses mengangkat nama ANTV melalui konten drama India dan sinetron lokal. Kedua konten ini berhasil menyaingi program program tier-1 TV seperti RCTI dan SCTV. Perusahaan yang berkode saham VIVA ini juga akan melakukan refinancing tahap dua atas utangnya sebesar $250 juta dengan menerbitkan global bonds dengan ekspektasi bunga lebih murah.
Pilihan beli saham media juga direkomendasikan atas Media Nusantara Citra atau yang lebih dikenal dengan grup MNC, dengan target harga Rp 2.000 per saham. Sama halnya dengan SCMA, perseroan milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini juga sudah mulai aktif menjual kontennya kepada pihak ketiga melalui MNC pictures. Perusahaan berkode saham MNCN ini juga berencana melakukan penjualan perdana saham atau initial public offering (IPO) atas MNC pictures pada tahun ini.