Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) optimistis, platform e-commerce masih akan terus bertumbuh, kendati tahun depan merupakan tahun yang cukup menantang dari sisi ekonomi. Tantangan tahun depan sendiri adalah ramalan resesi yang terjadi secara global.
Head of Public Policy and Government Relations idEA Rofi Uddarojat mengatakan bahwa pertumbuhan dari tahun 2021 ke tahun 2022, terjadi pertumbuhan sebesar 22%. Meskipun, angka tersebut sebetulnya masih di bawah pertumbuhan tahun 2020 ke tahun 2021, yang bertumbuh sebesar 39%.
“Tahun depan kami masih optimistis naik 15-20%,” kata Rofi dalam acara MarkPlus Conference 2023 pada hari kedua, Kamis (8/12/2022).
BACA JUGA: Hadapai Resesi, E-commerce Bisa Bertahan, Nasib Quick Commerce?
Rofi mengatakan apa yang akan mendorong pertumbuhan transaksi e-commerce adalah perubahan dari cara untuk menarik pengguna. Penggabungan elemen hiburan (entertainment) di dalam platform belanja online, atau lebih dikenal dengan konsep shoppertainment menjadi arah baru e-commerce beroperasi.
“Beberapa tahun ini, batasan antara entertainment dengan shopping akan semakin tipis. Setiap platform akan cenderung memberikan entertainment. Ke depan, akan semakin terkombinasi,” kata Rofi.
Dengan batas keduanya semakin tipis, ini memungkinkan bagi platform e-commerce, bahkan platform entertainment, untuk membuat fitur live shopping. Fitur live shopping ini memungkinkan bagi memungkinkan bagi entertainer memperoleh komisi sesuai dengan berapa banyak produk yang dijual dalam sesi live shopping.
BACA JUGA: Google Indonesia: 1 dari 3 Peserta Grow With Google Mulai Jualan Online
Selain itu, salah satu yang memungkinkan mendorong nilai transaksi e-commerce adalah semakin banyaknya usaha mikro, kecil, dan menengah yang go digital. “Ada peningkatan digitalisasi UKM. Sekitar 12 juta UKM sudah onboard selama pandemi dari tahun 2020 sampai 2022,” pungkas Rofi.
Sebelumnya, peneliti Institute for Development Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bisnis e-commerce menjadi salah satu bisnis yang mampu bertahan di tengah resesi nanti, namun quick commerce tampaknya bernasib lain.
Huda mengatakan, 70% lebih penyokong jumlah transaksi digital di Indonesia berasal dari e-commerce. Pada tahun 2023, model bisnis ini masih menjadi penyokong besar nilai transaksi digital di Indonesia, bersama dengan layanan keuangan digital.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz