Pemerintahan Republik Indonesia di era Presiden Joko Widodo terus menggenjot pembangunan infrastruktur, termasuk penambahan ruas jalan tol. Sejak tahun 2014 hingga tahun 2020, ruas tol di negara ini telah bertambah 1.530 kilometer. Sehingga, sejak jalan tol pertama kali dibangun pada tahun 1978, ruas jalan tol di Indonesia telah mencapai 2.308 kilometer.
Pemerintah mematok target panjang ruas tol bisa mencapai 3.500 kilometer pada tahun 2024. Namun, akibat pandemi COVID-19, pembangunan jalan tol mengalami gangguan. Tidak hanya itu, pandemi juga berdampak pada bisnis layanan jalan tol karena terjadi penurunan jumlah pengguna yang cukup drastis.
Padahal, bisnis jalan tol itu termasuk tahan banting dalam menghadapi krisis. Hal ini terbukti di berbagai krisis, baik krisis ekonomi tahun 1997-1998 dan krisis keuangan tahun 2007-2008, trafik dan pendapatan tol tetap tumbuh.
Namun, lanjut Tet Fa, pandemi telah menggoyahkan ketangguhan bisnis jalan tol. Salah satu kebijakan pemerintah dalam menghentikan penyebaran virus adalah dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal itu membuat masyarakat tetap di rumah dan tidak bepergian. Hanya beberapa sektor yang boleh beroperasi, seperti logistik dan kesehatan, itu pun dengan berbagai ketentuan.
Sehingga, terjadi penurunan penggunaan jalan tol yang mulai terlihat pada bulan Maret. Pada kuartal dua tahun ini, tingkat utilisasi jalan tol turun antara 40%-60% dibandingkan kondisi normal. Namun, pada Juni, pemerintah mulai melonggarkan kebijakan PSBB. Pelonggaran mendorong kembali perputaran ekonomi dan terjadi peningkatan arus kendaraan di jalan tol.
“Mulai kuartal tiga, tingkat penggunaan jalan tol terus meningkat. Bahkan, kondisi pada November lalu sudah kembali seperti pada Februari atau kondisi sebelum pandemi. Namun, bila dilihat secara keseluruhan dari awal tahun hingga November, telah terjadi penurunan 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” jelas Tet Fa.
Ia menambahkan, kondisi bisnis jalan tol relatif lebih baik dibandingkan industri lain yang penurunannya ada yang mencapai puluhan persen dan butuh waktu panjang untuk pemulihan. Sedangkan bisnis jalan tol bisa dengan cepat bisa kembali normal. Apalagi ketika vaksinasi sudah didistribusikan, akan membuat masyarakat lebih percaya diri untuk bepergian sehingga bisnis jalan tol bisa tumbuh lagi. “Kecepatan bisnis jalan tol dalam recovery ini semakin menguatkan optimisme kami bahwa bisnis ini sangat tahan banting,” katanya.
Selain berdampak pada bisnis layanan jalan tol, pandemi juga memengaruhi progres pembangunan jalan tol itu sendiri. Pada masa-masa awal pandemi, terjadi penundaan pembebasan tanah di jalur yang akan digunakan untuk jalan tol. Hal ini membuat proses konstruksi melambat. Di sisi lain, jumlah pekerja berkurang hingga 50% untuk memenuhi protokol kesehatan.
Tet Fa menambahkan, Astra Infra terus melakukan kajian-kajian untuk proyek baru dan tetap melakukan aktivitas pembangunan jalan tol. Meski begitu, perusahaan ini melakukan review pada capital expenditure (capex). Astra Infra menyeleksi mana capex yang bisa direalisasikan menurut tingkat urgensi dan yang bisa ditunda. Jelasnya, Astra Infra tetap melakukan perbaikan jalan, maintenance jembatan, dan lainnya.
Astra Infra juga tetap berinvestasi pada bisnis-bisnis lain, seperti rest area. Perusahaan yang bernaung di Grup Astra ini telah meresmikan Resta Pendopo 456. Untuk seksi A sudah beroperasi pada Februari 2020 dan seksi B pada Oktober tahun ini. Rest area ini berada di jalan tol Semarang-Solo Km 456.
Rest area milik Astra Infra ini sangat unik karena kedua seksi A dan B Resta Pendopo 456 ini terletak di posisi berseberangan dan dihubungkan oleh jembatan. Selain itu, konsep yang diusung juga berbeda dengan kebanyakan rest area. Pada rest area lain rata-rata menerapkan 3P, yakni park, pray, dan peel. Sedangkan di Resta Pendopo 456 mengusung 5P, yakni park, pray, pee, pay. dan play. Konsep pay dan play diterjemahkan dengan adanya pusat perbelanjaan dan sarana bermain. Resta Pendopo 456 mendapat penghargaan sebagai rest area terbaik dari Kementerian PUPR pada Hari Bakti PU ke-75 tahun ini.
Investasi berikutnya pada tahun ini adalah mengoperasikan simpang susun Balaraja Timur di jalan tol Tangerang-Merak. Lalu, membangun pelebaran lajur ketiga di jalan tol yang sama di wilayah Balaraja Barat.
Kemudian, pada September 2020, Astra Infra bersama Kementerian PU melakukan ground breaking pembangunan akses jalan tol dari tol Cipali menuju Bandara Kertajati, Jawa Barat. Investasi untuk jalan tol ini mencapai Rp 692 miliar dengan perkiraan pembangunan satu tahun. Nantinya, masyarakat Jawa Barat, khususnya dari Bandung, bila sudah tersambung dengan tol Cicendo, hanya membutuhkan waktu satu jam ketika ke Bandara Kertajati.
Terbaru, Astra Infra telah mengakuisisi jalan tol JORR I W2N yang menghubungkan Kebon Jeruk ke Ulujami. “Ini adalah langkah-langkah nyata Astra Infra untuk tetap berinvestasi di masa sulit. Dengan begitu, mendukung pertumbuhan jalan tol dan perekonomian Indonesia,” kata Tet Fa.